Tik Tik Tik...
Suara
rintik hujan terdengar hingga dalam kelas, kubuka laptopku dan pinjam modem
temanku segerlah ku buka google search dan mencari twitter, perasaanku yang
semakin penasaran akan para pemain “Perahu Kertas” membuatku semangat untuk
mencarinya. Rasa penasaran ini diawali
dengan melihat novel “Perahu Kertas” milik temanku yang bernama Cut. Kuhampiri
dia lalu bertanya “Cut..itu novel tentang cinta ya?”tanyaku.
“Iya..nih
Fi..”sahutnya
“Hmm..aku
tak terlalu suka dengan novel mengenai cinta” tungkasku
Lalu aku melangkahkan kaki meninggalkan Cut yang berada
di deretan bangku kelas. Entah apa yang terbesit diotakku. Aku memang orang
yang awalnya tak sama sekali menyukai novel yang berbau cinta, karena menurutku
tak terlalu menarik dibandingkan dengan novel karya Merry Riana, Dahlan Iskan,
Muhammad Assad atau Chairul Tanjung menurutku novel-novel karangan mereka
sangat inspiratif dan menggugah semangat untuk lebih berjuang demi mencapai
cita-cita. Kadang pikiranku mulai konyol entah apa yang sedang aku impikan, menjadi
seorang penulis handal suatu hari adalah impian terbesarku setelah menjadi Duta
Indonesia. Sesegera ku bertutur dalam hati “Aduh..Fiya kamu itu ingat donk dari
orang biasa kenapa juga mimpi seperti itu, apalagi dari kalangan biasa yang
belum tentu karangan-karangan kamu diminati banyak orang apalagi penerbit,
MIMPI” .
Aku menyadari bahwa itu hanya mimpi, aku tak yakin akan
hal itu. Terkadang aku percaya bahwa Dream Make Happens tapi terkadang ingatan
itu pupus begitu saja.
Sesampaiku dirumah temanku Dinda datang ke rumah dan ia
bercerita bahwa ia sangat penasaran dengan film karya sutradara handal “Hanung
Bramantyo” . Seketika itu ingatanku kembali lagi kejadian di kelas ketika
berbincang bersama Cut. Entah apa yang terbesit dalam benakku, aku pun teringat
akan ditayangkan film “Perahu Kertas” di SCTV pada malam hari itu. Ketika itu
kuambil remot tv dan kuganti channel dari MNCLiveStyle menjadi channel 89
(SCTV) dan ternyata aku pun berteriak kegirangan karena film layar lebar
“Perahu Kertas” telah tayang. Rasa penasaran itu terjadi ketika kejadian di
sekolah yang ribut membicarakan “Perahu Kertas” ditambah kulirik pemainnya
yaitu yang kukenal waktu itu hanya “Maudy Ayunda” dan Adipati Dolken serta Reza
Rahadian. Mengapa aku memberikan tanda kutip terhadap nama “Maudy Ayunda”
karena menurutku dia adalah sosok yang bisa memberikan banyak orang motivasi.
Suatu malam pernah ku membuka you tube dan melihat videovideonya salah satu
video yang paling aku kagumi hingga saat ini saat kumelihat sekeliling kamarnya
yang dipenuhi oleh rak-rak buku yang serba besar dengan buku-buku yang tebal
ditambah lagi aku mendapatkan info bahwa maudy langganan majalah luar negeri.
“Woww...Keren sekali anak ini sungguh inspiratif” gumanku dalam hati.
Setelah
aku menonton filmnya rasa penasaran pun muncul kembali, karena yang ku tonton
hanya sebagian, karena keburu iklan hal inilah yang membuatku agak males untuk
menonton film bioskop di televisi karena pasti disaat adegan seru langsung deh
disambar dengan produk-produk “Gery Chocolatos atau Adem Sari “ dan iklan
lainnya. Itu membuat diriku bergerumun hanya dalam hati.
Akhirnya
kuputuskan untuk tidak menonton filmnya dan ingin membaca novelnya terlebih
dahulu. Awalnya aku sama sekali tidak berniat untuk membaca novel cinta, namun
berhubung aku melihat filmnya di SCTV rasa penasaran yang begitu membeludak
bagaikan bom yang meledak membuat diriku berfikir harus membacanya.
Keesokan harinya sahabat-sahabatku Hilya dan Dinda datang
kerumah untuk bermain dan menonton film, sesekali mereka bercanda denganku
dengan mengejekku “Gimana kama kamu udah rapi” . Yah memang sahabatku sudah
sangat kental mengenaliku bahkan seluruh kamarku pun mereka sudah sangat hafal
bahkan paham bagaimana kondisinya. Maklum saja selesai mengambil buku aku
jarang sekali mengembalikannya, namun hal tersebut harus kuubah dengan
kebiasanku yang harus rapi. Ketika aku teringat akan video kamar Maudy Ayunda
hal tersebut yang membuat diriku harus rapi dan harus. Tak terasa waktu sudah
menunjukan pukul 14:00 WIB dan mereka berpamitan untuk pulang dan berencana
melaksanakan sholat dzuhur di rumah mereka masing-masing. Selang beberapa menit
mereka pulang, aku pun langsung melangkahkan kakiku menuju kamar dan sembari
meraba bantak dan guling, untuk tidur siang dan aku sudah berjanji kepada
mereka untuk mengcopy film “Perahu Kertas” pada sore hari. Namun hal yang tak
diinginkan terjadi, aku tertidur hingga
waktu menunjukan pukul 20:00. “Wow...gawat janjiku kepada Dinda dan Hilya” aku
berkata dalam hati sembari kesal karena tidak seorang pun yang membangunkan
diriku. Untung saja pada saat itu aku tidak sedang menjalankan kewajiban karena
kodrat wanita sudah ada aturannya setiap bulan.
Aku pun teringat akan novel yang ingin kubeli pada sore
harinya, yaitu novel “Perahu Kertas”. Keinginanku yang begitu kuat membuat
diriku langsung berdiri dan menuju kamar mandi untuk segera mandi, setelah itu
aku bersiap-siap menuju Toko Buku Airlangga yang terletak tidak jauh dari
sekolahku MAN 2 Mataram. Daerah Gomong, kuambil kunci motor yang bergantung di
samping lemari lalu kupanaskan motor dan selang beberapa menit kutancapkan gigi
motor dan kugas motor tersebut. Tiba-tiba saja diluar sudah berjatuhan dari air
dari awan yang mendung. Kemudian kutelusuri jalanan itu sambil sesekali bibirku
komat kamit membaca doa layaknya dukun yang sedang baca mantra. Kubaca surat
pendek dan dua tau tiga kali ayat kursi. Hingga pada akhirnya aku telah sampai
tempat yang aku tuju yaitu Toko Buku Airlangga. Keadaan parkir pada saat itu
telah dipenuhi oleh berbagai macam kendaraan baik kendaraan bermotor maupun
mobil dan sepedah ontel pun ada. Memang harus kuakui Toko Buku itu sangat
banyak pelangganya terutama para pelajar maupun mahasiswa tak terkecuali lagi
guru-guru atau bapak dan ibu-ibu. Terbilang Toko Buku tersebut sangat strategis
tempatnya karena bersebelahan dengan jalan raya dan disampingnya Warung Bakso
maupun Toko-Toko baju dan sepatu/sandal. Selain itu harganya juga yang tak
terlalu merogoh kocek banyak. Lumayanlah bagi harga pelajar seperti diriku. Aku
sangat senang membeli buku disana, apalagi hasil nabung uang sendiri selama
seminggu. Hmm..hanya cukup membeli satu buku saja rasanya sudah lega. Jika
terkadang aku mendapatkan hasil dari lomba-lomba menulis atau berpidato aku
langsung membelikannya buku dan sisa separuhnya aku tabung. Tentunya novel yang
kubeli adalah novel yang memotivasi dan inspiratif. Namun berbeda dengan
biasanya kali ini novel yang kucari bukanlah novel memotivasi ataupun novel
inspiratif namun novel yang kucari adalah novel mengenai cinta dan persahabatan
serta mimpi-mimpi yang menjadi nyata siapa lagi kalau bukan “Perahu Kertas”
film ini telah menggugahku untuk memiliki novelnya.
Kubuka helm, dan langsung kumasuki ruangan sebelum
kumembuka pintu yang bertuliska open, aku menaruh seluruh barang bawaanku ke
penjaga barang didepan. Dan yang kukeluarkan hanyalah dompet dan HP saja,karena memang hanya itulah
yang aku bawa.
Sebelum
ku mencari novel “Perahu Kertas”. Mataku melihat sekeliling sudut ruangan yang
dipenuhi buku namanya saja Toko Buku, bagaiamana tidak banyak buku disana
“Hehehe” kadang aku tertawa geli sendiri dengan pemikiran konyol. Kemudian
mataku terhenti pada sebuah meja yang terletak ditengah dan kudatangi meja itu
dan kulihat, dan ternyata buku yang kucari ada disini yaitu “Detik-Detik Ujian
Nasional 2013 Tingkat SMA”. Kemudian kuambil buku tersebut mencari yang akan di
UN kan untuk jurusan IPA. Namun sayang sekali yang akan diUN kan untuk jurusan
IPA hanya ada Kimia. Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia. Langsung kuambil
tiga-tiganya sembari melihat dompetku yang kurasa cukup uangnya karena tadi
mamaku memberiku uang Rp 50.000 dan kuambil ditabungan Rp 150.000 jadi totdal
semua Rp 200.000 yah kali ini uang tabunganku harus kurelakan menghilang karena
memang keingannku untuk membeli novel “Perahu Kertas” dan juga buku panduan
Ujian Nasional.
Setelah aku mencari buku tersebut. Mataku mulai memandang
setiap sudut ruangan yang terdapat dalam toko buku tersebut kemudian mataku
terhenti karena aku tidak menemukan novel yang kucari. Akhirnya kuputuskan
untuk bertanya kepada petugas “Mbak..novel “Perahu Kertas” ada?”tanyaku
“Oiya..mbak
ada pastinya ini mbak” sembari ia menunjuk novel yang berwarna hijau.
Bukan
main saat itu bahagiannya diriku telah mendapat novel tersebut, langsung
kupergi dan tak lupa mengambil novel inspiratif karya Oki Setiawan, akhirnya
sampailah aku pada kasir tiba-tiba kasirnya bertanya kepadaku “Mbak..tumben
kesini lagi kemana aja hilang hehehe” tanyanya dengan nada canda. Rupanya mbak
mbak petugas yang ada disana telah mengenalku karena hobiku yang selalu ke toko
buku ketika aku mendapat uang dari lomba ataupun dari uang tabungan.
“Iya..mbak
dari kemarin sibuk sama sekolah sama tugas-tugas” jawabku padahal sih pada saat
itu aku belum memiliki uang cukup hehehe...tapi kalau soal tugas sih memang
benar itu sangat numpuk yang membuatku jarang untuk dapat mebaca buku koleksi
terbaruku.
Beberapa menit kemudian, ditengah perjalanan aku
menyanyikan lagu Perahu Kertas yang dinyanyikan oleh Maudy Ayunda. “Kubahagia
kau telah terlahir didunia dan ku ada diantara miliaran wanita dan ku bisa
dengan radarku menemukanmu” lalalalala ....akhirnya aku telah sampai rumah.
Beberapa menit kemudian,bergegas mengganti pakaian dan
segerlah mengambil novel yang baru saja aku beli, sebelumnya aku memiliki angan
angan lagi “Hmm. Andaikan suatu hari aku dapat menjadi seorang penulis novel
terkenal” hayalku sesekali. Kurebahkan tubuhku di kasur yang berlapis doraemon
maklum saja hobiku itu adalah mengoleksi barang-barang robot luar angkasa
“Doraemon” Robot yang luar biasa ajaib dan canggih. Terkadang aku terbawa
kedalam dunia dongeng Doraemon yang dengan kantong ajaib dapat mengeluarkan
alat-alat yang super duper canggih.
“Sudahlah...
semua itu hanya hayalan” Terdengar suara batin dari dalam hati. Wah saatnya
sekarang aku membuka novel “Perahu Kertas”. Lembar demi lembar ku buka dengan
perasaan penasaran yang sungguh bergejolak.
Entah mengapa imajinasiku disana mulai bermain, aku
membayangkan Keenan yang berperan sebagai Aditya dan Kugy yang diperankan oleh
Maudy Ayunda dan Remir yang diperankan oleh Reza Rahadian dan Luhde diperankan
oleh Cipi (panggilan kecilnya di Lombok). Cerita ini sungguh luar biasa dan
terkadang kumenoleh jam ternyata tak kusangka waktu telah menunjukan pukul
24:00. Aku membaca dimulai dari jam 21:00 WIB tapi disana aku memiliki niat
untuk menghambiskan satu novel itu dalam satu hari, tak apalah aku tak tidur
semalam karena rasa penasaranku yang bergejolak, kemudian kukuatkan tekad untuk
membaca novel itu seharian hingga tepat pada pukul 03:00 pagi aku meneteskan
air mata karena terbawa suasana haru dalam novel tersebut. Aku memang sangat
hobi membaca sejak kecil seberapa tebal novel itu jika aku sudah terpikat maka
aku akan menghambiskannya dengan cepat. Kemudian suara Adzan berkumandang,
menandakan sholat Subuh akupun kaget bukan main sedangkan aku sudah janji
pada diri sendiri untuk menghambiskan
novel itu semalaman namun tinggal 5 bab belum selesai aduh.. bahaya nih.
Kemudian kuteruskan membaca, hingga waktu menunjukan pukul 06:30 WIB. “Gawat,
bisa telat sekolah nih” segera ku mengambil handuk dan berlari menuju kamar
mandi.
Beberapa menit kemudian aku segera bersiap-siap sekolah
hingga jadwal pelajaran pada pagi hari kususun sungguh ini memang sangat
buru-buru dan membuat keringatku keluar disaat aku sudah mandi, tiba-tiba
kejadian lain menimpa hujan deras yang membuat diriku harus menunggu hujan hingga
henti dan baru berangkat sekolah menggunakan motor karena memang jarak sekolah
dengan rumahku agak jauh. Kemudian sesampainya disekolah aku langsung lari
menuju kelas dan segera membuka kembali lembaran lembaran yang tersisa 5 bab.
Untungnya pada hari ini tidak ada pelajaran tepatnya tanggal 3 Januari hari
Kamis. Akhirnya selesailah aku membaca novel ini. Sungguh novel yang inspiratif
sekaligus menceritakan kesetiaan seorang sahabat. Hari itu pula aku melihat di
twitter bahwa pemeran Luhde dalam film Perahu Kertas anak Lombok yang pernah
bersekolah di SDN 07 Mataram dan SMP 2 Mataram. Sungguh betapa terkejutnya
diriku ketika mengetahui bahwa pemeran Luhde itu adalah anak Lombok. Wow itu
luar biasa menurutku. Lalu kucari namanya tersebut melalui mbah google dan
kutemukan twitternya, setelah kubaca ternyata Cipi itu adalah temannya temanku
(izmi) sewaktu masih di SMP 2 Mataram, perasaan kaget itu pun terkuak. Luar
biasa seperti Dejavu, aku sangat senang walaupun aku tak kenal dia namun aku
hanya kenal temanya dan dia juga temanku namun perasaan bahagia itu muncul
entah mengapa hal itu terjadi. Kemudian selang beberapa menit aku dm temanku
yang juga sahabatku (Izmi) aku ingin meminta nomernya karena akan membicarakan
suatu hal mengenai Elyzia atau Cipi. Beberapa menuit kemudian izmi membalas
dmku segeralah aku menelponya, dan aku bertanya mengenai temannya (Cipi) betapa
takjubnya diriku akan keberhasilannya sekarang memang aku mengetahui bahwa ia
sudah lama berkecimpung ke dalam dunia entertaiment namun keberadaanya di dunia
entertaiment yang saat ini membuat diriku sangat bangga kepadanya meskipun ku
tak mengenalnya namun sosok Cipi itu juga yang mampu memberikan
inspirasi-inspirasi baru luar biasa.
Ketika aku mengetahui bahwa penulis novelnya adalah Mbak
Dewi Lestari sungguh rasa kagum juga sedang menyelimuti diriku. Semakin aku
percaya dan aku yakini bahwa seberapa besar mimpi kita tetapi seberapa besar
kita dapat meraih mimpi.
Mimpi juga merupakan satu kunci yang mana akan membawa
kita pada suatu mimpi yang sempurna. Hidup tanpa tujuan bagiku tak ada artinya.
Terkadang keyakinan ini yang membuat semangat dalam diriku untuk terus menulis.
Dan percaya suatu hari nanti dapat menciptakan novel dan bermanfaat bagi banyak
orang.
Hujan
pun turun. Aku berjalan melangkah melewati koredor sekolah dan kudapati
teman-temanku duduk disebelah kelas IPS. Kami duduk berlima sambil menatapi
hujan seakan kami terbawa oleh pikiran masing-masing mengenai mimpi yang kita
punya. Entah apa yang ada dalam benak sahabatku Dinda. Namun yang jelas aku
mengetahuinya dari sorot mata dan pandangan wajahnya yang menunjukkan penuh
pengharapan. Tiba-tiba ia mengajakku ke musholla untuk menjalankan sholat
dzuhur, segeralah aku menemaninya sembari kami melangkahkan kaki menuju
musholla. Dalam langkahku aku berfikir keras dan daya imajinasiku mulai
kumainkan dengan menghayal kejadian masa depan, sungguh itu hal yang konyol
menghayal akan masa depan. Tidak ada seorang pun yang tau bagaiamana keadaan
pada masa depan namun lain halnya dengan diriku yang hanya bisa menerka keadaan
masa depan seperti apa, terkadang aku tertawa geli sendiri.
Akhirnya sampai juga diriku pada sebuah musholla sekolah,
aku pun menunggu sahabatku itu sambil duduk di depan musholla, kemudian aku
mulai membuka laptopku dan memainkan jari jariku untuk menulis ini.
Sepulang kami sekolah kami tak langsung pulang melainkan
aku pergi megunjungi tempat sewa kaset dimana akan kukembalikan semua kaset
yang aku pinjam. Namun aku meminjamnya kembali tetapi dengan kaset yang berbeda
kali ini aku meminjam Sang Pemimpi, Meraih Mimpi dan Semesta Mendukung. Ini
akan menjadi cerita baruku pada malam hari nanti. J
No comments:
Post a Comment