Friday, January 4, 2013

KESANKU PERAHU KERTAS

 Tik Tik Tik...
Suara rintik hujan terdengar hingga dalam kelas, kubuka laptopku dan pinjam modem temanku segerlah ku buka google search dan mencari twitter, perasaanku yang semakin penasaran akan para pemain “Perahu Kertas” membuatku semangat untuk mencarinya.  Rasa penasaran ini diawali dengan melihat novel “Perahu Kertas” milik temanku yang bernama Cut. Kuhampiri dia lalu bertanya “Cut..itu novel tentang cinta ya?”tanyaku.
“Iya..nih Fi..”sahutnya
“Hmm..aku tak terlalu suka dengan novel mengenai cinta” tungkasku
Lalu aku melangkahkan kaki meninggalkan Cut yang berada di deretan bangku kelas. Entah apa yang terbesit diotakku. Aku memang orang yang awalnya tak sama sekali menyukai novel yang berbau cinta, karena menurutku tak terlalu menarik dibandingkan dengan novel karya Merry Riana, Dahlan Iskan, Muhammad Assad atau Chairul Tanjung menurutku novel-novel karangan mereka sangat inspiratif dan menggugah semangat untuk lebih berjuang demi mencapai cita-cita. Kadang pikiranku mulai konyol entah apa yang sedang aku impikan, menjadi seorang penulis handal suatu hari adalah impian terbesarku setelah menjadi Duta Indonesia. Sesegera ku bertutur dalam hati “Aduh..Fiya kamu itu ingat donk dari orang biasa kenapa juga mimpi seperti itu, apalagi dari kalangan biasa yang belum tentu karangan-karangan kamu diminati banyak orang apalagi penerbit, MIMPI” .
Aku menyadari bahwa itu hanya mimpi, aku tak yakin akan hal itu. Terkadang aku percaya bahwa Dream Make Happens tapi terkadang ingatan itu pupus begitu saja.
Sesampaiku dirumah temanku Dinda datang ke rumah dan ia bercerita bahwa ia sangat penasaran dengan film karya sutradara handal “Hanung Bramantyo” . Seketika itu ingatanku kembali lagi kejadian di kelas ketika berbincang bersama Cut. Entah apa yang terbesit dalam benakku, aku pun teringat akan ditayangkan film “Perahu Kertas” di SCTV pada malam hari itu. Ketika itu kuambil remot tv dan kuganti channel dari MNCLiveStyle menjadi channel 89 (SCTV) dan ternyata aku pun berteriak kegirangan karena film layar lebar “Perahu Kertas” telah tayang. Rasa penasaran itu terjadi ketika kejadian di sekolah yang ribut membicarakan “Perahu Kertas” ditambah kulirik pemainnya yaitu yang kukenal waktu itu hanya “Maudy Ayunda” dan Adipati Dolken serta Reza Rahadian. Mengapa aku memberikan tanda kutip terhadap nama “Maudy Ayunda” karena menurutku dia adalah sosok yang bisa memberikan banyak orang motivasi. Suatu malam pernah ku membuka you tube dan melihat videovideonya salah satu video yang paling aku kagumi hingga saat ini saat kumelihat sekeliling kamarnya yang dipenuhi oleh rak-rak buku yang serba besar dengan buku-buku yang tebal ditambah lagi aku mendapatkan info bahwa maudy langganan majalah luar negeri. “Woww...Keren sekali anak ini sungguh inspiratif” gumanku dalam hati.
Setelah aku menonton filmnya rasa penasaran pun muncul kembali, karena yang ku tonton hanya sebagian, karena keburu iklan hal inilah yang membuatku agak males untuk menonton film bioskop di televisi karena pasti disaat adegan seru langsung deh disambar dengan produk-produk “Gery Chocolatos atau Adem Sari “ dan iklan lainnya. Itu membuat diriku bergerumun hanya dalam hati.
Akhirnya kuputuskan untuk tidak menonton filmnya dan ingin membaca novelnya terlebih dahulu. Awalnya aku sama sekali tidak berniat untuk membaca novel cinta, namun berhubung aku melihat filmnya di SCTV rasa penasaran yang begitu membeludak bagaikan bom yang meledak membuat diriku berfikir harus membacanya.
Keesokan harinya sahabat-sahabatku Hilya dan Dinda datang kerumah untuk bermain dan menonton film, sesekali mereka bercanda denganku dengan mengejekku “Gimana kama kamu udah rapi” . Yah memang sahabatku sudah sangat kental mengenaliku bahkan seluruh kamarku pun mereka sudah sangat hafal bahkan paham bagaimana kondisinya. Maklum saja selesai mengambil buku aku jarang sekali mengembalikannya, namun hal tersebut harus kuubah dengan kebiasanku yang harus rapi. Ketika aku teringat akan video kamar Maudy Ayunda hal tersebut yang membuat diriku harus rapi dan harus. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 14:00 WIB dan mereka berpamitan untuk pulang dan berencana melaksanakan sholat dzuhur di rumah mereka masing-masing. Selang beberapa menit mereka pulang, aku pun langsung melangkahkan kakiku menuju kamar dan sembari meraba bantak dan guling, untuk tidur siang dan aku sudah berjanji kepada mereka untuk mengcopy film “Perahu Kertas” pada sore hari. Namun hal yang tak diinginkan  terjadi, aku tertidur hingga waktu menunjukan pukul 20:00. “Wow...gawat janjiku kepada Dinda dan Hilya” aku berkata dalam hati sembari kesal karena tidak seorang pun yang membangunkan diriku. Untung saja pada saat itu aku tidak sedang menjalankan kewajiban karena kodrat wanita sudah ada aturannya setiap bulan.
Aku pun teringat akan novel yang ingin kubeli pada sore harinya, yaitu novel “Perahu Kertas”. Keinginanku yang begitu kuat membuat diriku langsung berdiri dan menuju kamar mandi untuk segera mandi, setelah itu aku bersiap-siap menuju Toko Buku Airlangga yang terletak tidak jauh dari sekolahku MAN 2 Mataram. Daerah Gomong, kuambil kunci motor yang bergantung di samping lemari lalu kupanaskan motor dan selang beberapa menit kutancapkan gigi motor dan kugas motor tersebut. Tiba-tiba saja diluar sudah berjatuhan dari air dari awan yang mendung. Kemudian kutelusuri jalanan itu sambil sesekali bibirku komat kamit membaca doa layaknya dukun yang sedang baca mantra. Kubaca surat pendek dan dua tau tiga kali ayat kursi. Hingga pada akhirnya aku telah sampai tempat yang aku tuju yaitu Toko Buku Airlangga. Keadaan parkir pada saat itu telah dipenuhi oleh berbagai macam kendaraan baik kendaraan bermotor maupun mobil dan sepedah ontel pun ada. Memang harus kuakui Toko Buku itu sangat banyak pelangganya terutama para pelajar maupun mahasiswa tak terkecuali lagi guru-guru atau bapak dan ibu-ibu. Terbilang Toko Buku tersebut sangat strategis tempatnya karena bersebelahan dengan jalan raya dan disampingnya Warung Bakso maupun Toko-Toko baju dan sepatu/sandal. Selain itu harganya juga yang tak terlalu merogoh kocek banyak. Lumayanlah bagi harga pelajar seperti diriku. Aku sangat senang membeli buku disana, apalagi hasil nabung uang sendiri selama seminggu. Hmm..hanya cukup membeli satu buku saja rasanya sudah lega. Jika terkadang aku mendapatkan hasil dari lomba-lomba menulis atau berpidato aku langsung membelikannya buku dan sisa separuhnya aku tabung. Tentunya novel yang kubeli adalah novel yang memotivasi dan inspiratif. Namun berbeda dengan biasanya kali ini novel yang kucari bukanlah novel memotivasi ataupun novel inspiratif namun novel yang kucari adalah novel mengenai cinta dan persahabatan serta mimpi-mimpi yang menjadi nyata siapa lagi kalau bukan “Perahu Kertas” film ini telah menggugahku untuk memiliki novelnya.
Kubuka helm, dan langsung kumasuki ruangan sebelum kumembuka pintu yang bertuliska open, aku menaruh seluruh barang bawaanku ke penjaga barang didepan. Dan yang kukeluarkan hanyalah  dompet dan HP saja,karena memang hanya itulah yang aku bawa.
Sebelum ku mencari novel “Perahu Kertas”. Mataku melihat sekeliling sudut ruangan yang dipenuhi buku namanya saja Toko Buku, bagaiamana tidak banyak buku disana “Hehehe” kadang aku tertawa geli sendiri dengan pemikiran konyol. Kemudian mataku terhenti pada sebuah meja yang terletak ditengah dan kudatangi meja itu dan kulihat, dan ternyata buku yang kucari ada disini yaitu “Detik-Detik Ujian Nasional 2013 Tingkat SMA”. Kemudian kuambil buku tersebut mencari yang akan di UN kan untuk jurusan IPA. Namun sayang sekali yang akan diUN kan untuk jurusan IPA hanya ada Kimia. Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia. Langsung kuambil tiga-tiganya sembari melihat dompetku yang kurasa cukup uangnya karena tadi mamaku memberiku uang Rp 50.000 dan kuambil ditabungan Rp 150.000 jadi totdal semua Rp 200.000 yah kali ini uang tabunganku harus kurelakan menghilang karena memang keingannku untuk membeli novel “Perahu Kertas” dan juga buku panduan Ujian Nasional.
Setelah aku mencari buku tersebut. Mataku mulai memandang setiap sudut ruangan yang terdapat dalam toko buku tersebut kemudian mataku terhenti karena aku tidak menemukan novel yang kucari. Akhirnya kuputuskan untuk bertanya kepada petugas “Mbak..novel “Perahu Kertas” ada?”tanyaku
“Oiya..mbak ada pastinya ini mbak” sembari ia menunjuk novel yang berwarna hijau.
Bukan main saat itu bahagiannya diriku telah mendapat novel tersebut, langsung kupergi dan tak lupa mengambil novel inspiratif karya Oki Setiawan, akhirnya sampailah aku pada kasir tiba-tiba kasirnya bertanya kepadaku “Mbak..tumben kesini lagi kemana aja hilang hehehe” tanyanya dengan nada canda. Rupanya mbak mbak petugas yang ada disana telah mengenalku karena hobiku yang selalu ke toko buku ketika aku mendapat uang dari lomba ataupun dari uang tabungan.
“Iya..mbak dari kemarin sibuk sama sekolah sama tugas-tugas” jawabku padahal sih pada saat itu aku belum memiliki uang cukup hehehe...tapi kalau soal tugas sih memang benar itu sangat numpuk yang membuatku jarang untuk dapat mebaca buku koleksi terbaruku.
Beberapa menit kemudian, ditengah perjalanan aku menyanyikan lagu Perahu Kertas yang dinyanyikan oleh Maudy Ayunda. “Kubahagia kau telah terlahir didunia dan ku ada diantara miliaran wanita dan ku bisa dengan radarku menemukanmu” lalalalala ....akhirnya aku telah sampai rumah.
Beberapa menit kemudian,bergegas mengganti pakaian dan segerlah mengambil novel yang baru saja aku beli, sebelumnya aku memiliki angan angan lagi “Hmm. Andaikan suatu hari aku dapat menjadi seorang penulis novel terkenal” hayalku sesekali. Kurebahkan tubuhku di kasur yang berlapis doraemon maklum saja hobiku itu adalah mengoleksi barang-barang robot luar angkasa “Doraemon” Robot yang luar biasa ajaib dan canggih. Terkadang aku terbawa kedalam dunia dongeng Doraemon yang dengan kantong ajaib dapat mengeluarkan alat-alat yang super duper canggih.
“Sudahlah... semua itu hanya hayalan” Terdengar suara batin dari dalam hati. Wah saatnya sekarang aku membuka novel “Perahu Kertas”. Lembar demi lembar ku buka dengan perasaan penasaran yang sungguh bergejolak.
Entah mengapa imajinasiku disana mulai bermain, aku membayangkan Keenan yang berperan sebagai Aditya dan Kugy yang diperankan oleh Maudy Ayunda dan Remir yang diperankan oleh Reza Rahadian dan Luhde diperankan oleh Cipi (panggilan kecilnya di Lombok). Cerita ini sungguh luar biasa dan terkadang kumenoleh jam ternyata tak kusangka waktu telah menunjukan pukul 24:00. Aku membaca dimulai dari jam 21:00 WIB tapi disana aku memiliki niat untuk menghambiskan satu novel itu dalam satu hari, tak apalah aku tak tidur semalam karena rasa penasaranku yang bergejolak, kemudian kukuatkan tekad untuk membaca novel itu seharian hingga tepat pada pukul 03:00 pagi aku meneteskan air mata karena terbawa suasana haru dalam novel tersebut. Aku memang sangat hobi membaca sejak kecil seberapa tebal novel itu jika aku sudah terpikat maka aku akan menghambiskannya dengan cepat. Kemudian suara Adzan berkumandang, menandakan sholat Subuh akupun kaget bukan main sedangkan aku sudah janji pada  diri sendiri untuk menghambiskan novel itu semalaman namun tinggal 5 bab belum selesai aduh.. bahaya nih. Kemudian kuteruskan membaca, hingga waktu menunjukan pukul 06:30 WIB. “Gawat, bisa telat sekolah nih” segera ku mengambil handuk dan berlari menuju kamar mandi.
Beberapa menit kemudian aku segera bersiap-siap sekolah hingga jadwal pelajaran pada pagi hari kususun sungguh ini memang sangat buru-buru dan membuat keringatku keluar disaat aku sudah mandi, tiba-tiba kejadian lain menimpa hujan deras yang membuat diriku harus menunggu hujan hingga henti dan baru berangkat sekolah menggunakan motor karena memang jarak sekolah dengan rumahku agak jauh. Kemudian sesampainya disekolah aku langsung lari menuju kelas dan segera membuka kembali lembaran lembaran yang tersisa 5 bab. Untungnya pada hari ini tidak ada pelajaran tepatnya tanggal 3 Januari hari Kamis. Akhirnya selesailah aku membaca novel ini. Sungguh novel yang inspiratif sekaligus menceritakan kesetiaan seorang sahabat. Hari itu pula aku melihat di twitter bahwa pemeran Luhde dalam film Perahu Kertas anak Lombok yang pernah bersekolah di SDN 07 Mataram dan SMP 2 Mataram. Sungguh betapa terkejutnya diriku ketika mengetahui bahwa pemeran Luhde itu adalah anak Lombok. Wow itu luar biasa menurutku. Lalu kucari namanya tersebut melalui mbah google dan kutemukan twitternya, setelah kubaca ternyata Cipi itu adalah temannya temanku (izmi) sewaktu masih di SMP 2 Mataram, perasaan kaget itu pun terkuak. Luar biasa seperti Dejavu, aku sangat senang walaupun aku tak kenal dia namun aku hanya kenal temanya dan dia juga temanku namun perasaan bahagia itu muncul entah mengapa hal itu terjadi. Kemudian selang beberapa menit aku dm temanku yang juga sahabatku (Izmi) aku ingin meminta nomernya karena akan membicarakan suatu hal mengenai Elyzia atau Cipi. Beberapa menuit kemudian izmi membalas dmku segeralah aku menelponya, dan aku bertanya mengenai temannya (Cipi) betapa takjubnya diriku akan keberhasilannya sekarang memang aku mengetahui bahwa ia sudah lama berkecimpung ke dalam dunia entertaiment namun keberadaanya di dunia entertaiment yang saat ini membuat diriku sangat bangga kepadanya meskipun ku tak mengenalnya namun sosok Cipi itu juga yang mampu memberikan inspirasi-inspirasi baru luar biasa.
Ketika aku mengetahui bahwa penulis novelnya adalah Mbak Dewi Lestari sungguh rasa kagum juga sedang menyelimuti diriku. Semakin aku percaya dan aku yakini bahwa seberapa besar mimpi kita tetapi seberapa besar kita dapat meraih mimpi.
Mimpi juga merupakan satu kunci yang mana akan membawa kita pada suatu mimpi yang sempurna. Hidup tanpa tujuan bagiku tak ada artinya. Terkadang keyakinan ini yang membuat semangat dalam diriku untuk terus menulis. Dan percaya suatu hari nanti dapat menciptakan novel dan bermanfaat bagi banyak orang.
Hujan pun turun. Aku berjalan melangkah melewati koredor sekolah dan kudapati teman-temanku duduk disebelah kelas IPS. Kami duduk berlima sambil menatapi hujan seakan kami terbawa oleh pikiran masing-masing mengenai mimpi yang kita punya. Entah apa yang ada dalam benak sahabatku Dinda. Namun yang jelas aku mengetahuinya dari sorot mata dan pandangan wajahnya yang menunjukkan penuh pengharapan. Tiba-tiba ia mengajakku ke musholla untuk menjalankan sholat dzuhur, segeralah aku menemaninya sembari kami melangkahkan kaki menuju musholla. Dalam langkahku aku berfikir keras dan daya imajinasiku mulai kumainkan dengan menghayal kejadian masa depan, sungguh itu hal yang konyol menghayal akan masa depan. Tidak ada seorang pun yang tau bagaiamana keadaan pada masa depan namun lain halnya dengan diriku yang hanya bisa menerka keadaan masa depan seperti apa, terkadang aku tertawa geli sendiri.
Akhirnya sampai juga diriku pada sebuah musholla sekolah, aku pun menunggu sahabatku itu sambil duduk di depan musholla, kemudian aku mulai membuka laptopku dan memainkan jari jariku untuk menulis ini.
Sepulang kami sekolah kami tak langsung pulang melainkan aku pergi megunjungi tempat sewa kaset dimana akan kukembalikan semua kaset yang aku pinjam. Namun aku meminjamnya kembali tetapi dengan kaset yang berbeda kali ini aku meminjam Sang Pemimpi, Meraih Mimpi dan Semesta Mendukung. Ini akan menjadi cerita baruku pada malam hari nanti. J

No comments:

Post a Comment