Saturday, December 29, 2012

“SEBUAH KEBAHAGIAAN UNTUK AIMAN RICKY FIRMANSYAH”


“Hari ini hari yang kau tunggu
Bertambah satu tahun usiamu
Bahagialah kamu”


Potongan lagu diatas karya Jamrud band asal Indonesia, memiliki makna yaitu pada syairnya Hari ini hari yang kau tunggu, bertambah satu tahun usiamu bahagialah kamu memiliki makna yaitu hari ulang tahun seseorang yang usianya akan bertambah, pada dasarnya disaat usia bertambah maka keadaan juga menuntut untuk bisa lebih dewasa lagi dalam memecahkan suatu persoalan. Kebahagiaan tersendiri dapat dirasakan ketika usia bertambah namun akan memiliki beban yang tentunya harus mampu untuk dipecahkan. Melihat seseorang yang kita kagumi bahagia tentunya kita juga ikut merasakan kebahagiaan itu. Pada tanggal 27 Oktober dimana pada saat itu kak Aiman berulang tahun, dan tentunya kebahagiaan bukan hanya dirasakan oleh kak Aiman saja, tetapi juga oleh semua sobat Batman_27, sebagai yang telah terus menerus memberikan semangat bagi kak Aiman.
Pada tulisan saya sekarang ini, saya akan bercerita mengenai saya sewaktu mempersiapkan ulang tahun kak Aiman, yang sangat berkesan dan penuh tantangan yang tentunya membuat nyali harus semakin kuat. Saya merasakan kebahagiaan ketika saya mengetahui bahwa ulang tahun kak Aiman pada tanggal 27 Oktober, niat saya untuk mengunjungi kak Aiman di Jakarta pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober tak dapat terlaksana karena tugas sekolah yang semakin menumpuk dan ternyata ayah saya pulang, jadi keadaan tersebut yang membuat saya mengurungkan niat untuk merayakan ulang tahun kak Aiman disana. Namun pada akhirnya saya tak kehabisan akal, saya mencoba berfikir keras dan secara logis, bagaimana cara saya untuk dapat merayakan ulang tahun kak Aiman walaupun saya tak berada disana. Beberapa jam kemudian, saya mendapatkan ide, yang menurut saya ide tersebut semoga berhasil dalam rencana yang telah saya susun.
Hari Rabu tanggal 23 Oktober, malam harinya saya mengetik sebuah tulisan yang nantinya saya akan gunakan pada esok harinya, namun sebelum itu saya menelpon sahabat saya, Dinda saya mengajaknya untuk mencari kue, rencananya kue itu saya akan gunakan pada keesokan harinya untuk merayakan ulang tahun kak Aiman. Namun pada saat saya mencari kue, ternyata toko kue tersebut tutup, yang mengharuskan saya untuk mencari kue ke tempat lain, kemudian saya mencarinya kembali namun hal yang sama terjadi toko kuenya tutup, tiba-tiba pada saat pencarian toko kue yang ketiga, ternyata toko tersebut buka. Saya merasakan sangat bersyukur luar biasa karena toko tersebut buka. Hal yang menakjubkan lagi terjadi ternyata kue ulang tahun yang saya akan beli sold out. Langsung saja badan saya terasa lemas namun hal tersebut tak mengurungkan niat saya untuk tetap menjalankan rencana, akhirnya saya putuskan untuk mencari kembali ke toko lain, pada saat saya menemukan toko tersebut ternyata toko tersebut tutup. Semua toko yang terletak di kota mataram telah saya kunjungi namun tak satu pun kue yang saya dapat. Pada akhirnya saya dan Dinda memutuskan untuk membeli kue keesokan harinya. Kami pun pulang dengan tangan hampa. Dan perasaan kecewa pun timbul begitu saja.
Kesokann harinya pada tanggal 24 Oktober, hari yang saya tunggu-tunggu telah datang, pada saat itu saya mendapatkan berita bahwa ada PR bahasa inggris, dan ternyata saya lupa mengerjakan kemudian saya langsung mengerjakanya, untungnya saja pelajaran bahasa inggris terdapat pada jam keempat. Dan jam pertama yaitu penjaskes. Pada saat jam pertama rencana saya untuk dapat merayakan ulang tahun kak Aiman akhirnya terjadi. Setelah pelajaran penjaskes selesai saya langsung meminta pertolongan teman-teman saya untuk ikut membantu saya dalam rencana ini. Saya merasakan hal yang sangat bahagia ketika teman-teman kelas saya ikut membantu saya, sebuah keajaiban. Seluruh teman saya berkumpul di lapangan untuk membantu saya dalam menyelesaikan rencana ini. Kami pun sangat bahagia melihat semua tersenyum dengan gembira. Saya dan teman-teman berharap agar kak Aiman senang dengan apa yang kami lakukan.
Beberapa menit kemudian, bel istirahat berbunyi saya dan teman-teman bergegas menuju kelas, untuk melanjutkan rencana selanjutnya. Kami pun membuat video, sebuah video ucapan ulang tahun dari teman-teman saya XII IPA 1. Sewaktu pembuatan video tersebut banyak kejadian lucu yang kami alami, walaupun demikian kami tetap bersemangat dalam pembuatan video tersebut. Sesekali kami tertawa melihat hasilnya, terkadang kami mengulang kembali karena tidak sesuai yang diharapkan. Setelah saya menyelesaikan video tersebut agenda selanjutnya yang harus saya lakukan yaitu membeli kue ulang tahun untuk kak Aiman, namun teman-teman saya sangat sibuk dengan urusan masing-masing, pada akhirnya saya mengurungkan niat untuk membeli kue ulang tahun pada saat itu, dan saya putuskan untuk membelinya pada malam hari agar dirayakan bersama keluarga saya di rumah. Ayah dan Ibu serta adik saya yang tidak berada dirumah, membuat saya gagal untuk merayakan dengan mereka. Akhirnya saya merayakan ulang tahun kak Aiman dengan saudara-saudara sepupu saya, dan kakak saya. Malam itu terasa istimewa karena saya telah selesai mengerjakan seluruh agenda yang telah saya buat, namun hal tersebut belum lengkap rasanya dikarenakan video tersebut belum sempurna. Akhirnya saya berencana untuk melanjutkanya pada hari sabtu, sebenarnya saya ingin menyelsaikan secara langsung namun jarak antara rumah saya dengan rumah teman saya cukup jauh akhirnya kami memutuskan melanjutkannya pada hari sabtu, sempat terbesit perasaan sedih karena akan telat untuk memberikan kejutan bagi kak Aiman, harapan saya semoga kak Aiman menerimanya dengan senang hati.
Kebahagiaan selalu ada jika kita melihat seseorang bahagia, dengan bertambahnya umur kak Aiman menjaadi 24 tahun, semoga diumur yang ke 24 tahun akan menjadi lebih baik dikemudian hari, dan dapat menjadi seseorang yang lebih dewasa, dan taat kepada agama. Kemudian tetap menyayangi keluarga serta tetap mengingat Batman_27 yang ada di Indonesia. Impian kak Aiman yang akan meneruskan kuliah ke USA semoga dapat terwujud secepatnya.
Semoga apa yang diinginkan kak Aiman dapat terlaksana dengan cepat. Saya dan Batman_27 mendukung penuh atas apa yang dilakukan kak Aiman, kami hanya ingin yang terbaik buat kak Aiman. Jika merasa bahagia kami pun demikian sangat bahagia. Sebuah kebahagiaan yang hanya bisa terukir oleh sebuah tulisan. Rendah hati dan tidak sombong kunci dari sebuah kesuksesan.

(Lomba Kuis Batman_27) 



MEMELUK HARAPAN MENGGAPAI BINTANG

Matahari di siang itu membuat suasana menjadi panas dan tak terkendali, angin berhembus kencang namun tak membuat panas semakin berkurang. Menjadi seorang anak yang memiliki tanggungan besar terhadap keluarga membuat hidup tak menentu, memberikan beban bagi seorang anak remaja yang berusia 18 tahun, sebut saja namanya Dika seorang anak yang terlahir dari keluarga yang broken home, dan membuatnya semakin terpuruk ketika ayah yang ia cintai telah meninggalkannya beberapa bulan lalu. Hal tersebut yang  membuat Dika semakin terpuruk ketika ia di wajibkan untuk memberikan nafkah kepada adik-adiknya maklum saja Dika adalah anak sulung yang memiliki peranan penting bagi keluarga, namun tak seindah dibayangkan oleh kebanyakan orang. Membayangkan Dika akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ternyata malah sebaliknya. Dengan keadaan demikian, membuat dirinya tak sanggup lagi untuk menjalani kehidupannya, pada akhirnya ia terjerumus kedalam pergaulan yang salah dan membawanya harus mendekam di
penjara selama bertahun tahun.
“ Dika, apa yang sedang kamu pikirkan? Tanya seorang sahabatnya. “Tidak ada, aku hanya berfikir mengapa Tuhan memberikanku kehidupan seperti ini, masa kecilku yang suram dan sekarang lebih suram lagi ketika aku kehilangan seorang bapak, dan sekarang akulah sebagai tulang punggung keluargaku” tungkasnya. “Hmm..oh seperti itu, menurutku tak masalah dik, yang penting kan kamu bisa happy happy bareng kita disini, udahlah lupakan aja semua masalahmu itu, nikmati hidup ini, karena hidup cuma sekali dan gak bakalan diulang lagi” jawab Andi sahabat Dika.
“Iya, Ndy aku ngerti maksudmu, hmm sebaiknya aku tidak perlu memikirkan keluargaku, karena hidup cuman sekali dan gak bakalan diulang lagi, setuju banget sama pendapat kamu” sahut Dika.
            Seketika itu pun Dika tidak ingin memikirkan keluarganya, dan ia berfikir bahwa hidup cuma sekali dan kehidupan tidak ada artinya jika tidak digunakan untuk bersenang-senang selama masih hidup didunia. Pemikiran tersebut dianggapnya sebagai pemikiran yang cemerlang untuk tidak memikirkan keluarga dan tidak memikirkan nasib adik-adiknya.
            Kesokan harinya, seperti biasa di jam yang sama dan tempat yang sama tongkrongan anak muda disebuah perkampungan Cimaluk, mereka biasa berkumpul pada pukul 22.00 untuk bersenang-senang tanpa memikirkan dampak negatif yang akan didapatkannya.
            “ Hei Dik, aku punya barang baru nih, dijamin deh barang ini buat kamu jadi bahagia dan pastinya kamu terbebas tuh dari masalah-masalah kelurgamu” tiba-tiba Andy datang. “ Apaan tuh Ndy?” , “Ini barang bagus banget Dik, kamu pasti happy dengan barang ini”, “emangnya itu barang apa?” tanya Dika penasaran. “Ini barang mahal, dan dijamin enak” tungkas Andy memberikan keyakinan kepada sahabatnya. “Hmm, wah perlu nih buat menghapus semua pikiran-pikiran yang membuatku lama-lama menjadi stres” jawab Dika.
            Sesaat kemudian Dika mengambil barang tersebut, dan tanpa berfikir panjang untuk mengkonsumsinya, seketika itu pula keadaan berubah Dika yang semulanya dihadapkan oleh berbagai persoalan menjadi lebih tenang dan nyaman akibat barang haram tersebut. Sejenis suntikan yang membuat badan terasa lebih nyaman dan memberikan kebahagiaan tersendiri bagi penggunanya. Barang tersebut tidak lain yaitu narkotika. Mengkonsumsi barang tersebut membuat seluruh badan terasa lebih nyaman tetapi dampak yang diberikan sangatlah berbahaya bagi kesehatan dan juga sangat dilarang dalam islam. Narkotika yakni zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman (sintesis atau semisintesis) yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyaman dan menjadi ketergantungan.
            Kesokan harinya, keadaan Dika semakin memburuk, tiba-tiba seorang wanita yang berpakaian sederhana dengan rambut diikat kebelakang dan wajah yang sangat penuh kasih menghampiri Dika, “Dik, kenapa kamu kok akhir-akhir ini ibu lihat semakin kurus ?” wanita tersebut bertanya kepada Dika yang tidak lain adalah ibunya. “Eh, ibu gak usah banyak tanya deh, males banget deh dengernya, ini karna gak makan karena ibu gak bisa cari uang buat biaya hidup kita makanya aku jadi kurus kayak gini karna gak pernah dikasih gizi baik sama ibu” Dika menyahuti ibunya dengan lantang, ia tidak sadar atas apa yang diperbuatnya membuat ibunya merasa sedih dan meneteskan air mata. “ Nak, maafkan ibu nak, ibu sudah berusaha untuk membiayai hidup kalian, ibu udah keliling kampung buat jadi buruh cuci pakaian mereka, tapi maafkan ibu nak, penghasilan yang ibu dapat tidak sebanding dengan kebutuhan kita, ibu cuma berharap kamu sebagai anak sulung yang bisa membantu ibu untuk memenuhi kebutuhan keluarga kita” jawab ibunya dengan suara lembut. “Arghhhh..... diam aku kan masih muda jadi aku mau hidup tanpa dibebani oleh kalian, terserah aku jangan ibu menyuruhku macam-macam itu tak penting bagiku, asal ibu tau ya hidup cuma sekali jadi harus digunakan untuk senang-senang” ketusnya. “Astgfirullah, nak sebut nama Allah kamu gak boleh bicara seperti itu, kamu harus sadar bahwa kamu juga harus taat kepada agama kita, agama islam kamu tidak boleh melupakan  sholat lima waktu, kamu harus hormati ibumu, aku ibumu nak, yang selama 9 bulan mengandungmu” wanita tua itu berbicara dengan nada sedih, “Sudahlah...tak penting ibu terus-terusan mengajakku berdebat tentang hal yang gak penting, mendingan sekarang ibu pergi ke dapur dan masak buat kita, cepat!” sahut Dika.
            Beberapa saat kemudian wanita tua itu, merasakan hal yang sangat membuat ia kecewa, ia tidak menyangka bahwa anaknya berkata seperti itu, ia hanya berharap suatu saat Dika bisa berubah dan menjadi lebih baik lagi, wanita tua itu berharap disisa hidupnya Dika dapat memberikan yang terbaik untuk kelurganya. Karena sesungguhnya berbakti kepada orang tua wajib hukumnya bagi setiap anak terutama ibu, seorang anak dapat menjadi sukses karena dukungan orang tua dan terlebih lagi doa seorang ibu.
            Burung berkicauan, matahari terbit sesuai dengan orbitnya angin berhembus kencang, suara air dengan derasnya dari arah pancoran desa. Wanita tua tersebut yang tidak lain adalah ibu Dika, sedang mencuci baju para warga yang ingin melaundry kepadanya. Dengan semangat dan keringat yang terus bercucuran menahan rasa capek dan mengusap keringatnya dengan tanganya. Berharap anak sulungnya Dika dapat berubah sesuai dengan keinginanya, menjadi anak yang sholeh dan dapat dibanggakan, menjadi panutan masyarakat.
            “ Bu, minta uang?” tiba-tiba saja Dika menghampiri ibunya. “Belum ada nak, ibu belum dikasih uang sama yang laundry ke ibu, ini saja sekarang ibu masih mencuci baju warga” tungkas ibunda Dika. “Arghhh.. iya sudah kalau emang gak ada uang, dasar wanita tak berguna” sahut Dika dan kemudian melangkahkan kaki dan meninggalkan ibundanya. Wanita tua itu hanya bisa terdiam dan mengelus dada tentang perlakuan anaknya, yang semakin hari semakin membuat kepedihan yang amat dalam.
            “ Hei Ndy, aku boleh ngutang gak buat beli barang itu lagi?” tiba-tiba saja Dika bertanya kepada Andy. “Hmm..boleh kok, nih barangnya” Andy memberikan barang tersebut kepada Dika. “ Seketika Dika menggunakanya kembali. Dan hal seperti biasanya terjadi pada Dika, ia mengalami perasaan segar, bersemangat, tidak merasa lelah dan tidak pula merasa lapar. Dika merasakan indahnya dunia dan penuh kebahagiaan ia tidak sadar akan ada masalah yang lebih besar menimpa dirinya akibat yang ia perbuat.
            Beberapa hari kemudian, suasana rumah Dika dipenuhi oleh Polisi. Polisi tersebut berniat untuk memeriksa rumah Dika, karena mereka telah mendengar dari salah satu warga kampung tempat Dika menetap. Polisi tersebut mencari barang haram yang berada didalam rumah Dika. “Hei..dimana kau sembunyikan barang itu?” sahut salah seorang polisi. “Hmm..gak ada pak, saya tidak pernah memakai barang tersebut. “Arghh.. jangan mengelak kau, cepat serahkan barang itu!” sentak polisi.
            Beberapa saat kemudian, polisi tersebut menemukan sabu-sabu yang terletak dibawah tempat tidur Dika. Seketika itu juga wanita tua itu jatuh pingsan dan dilarikan ke puskesamas terdekat. “Hei... anak muda, jangan kau menjadi pembohong, kau bilang pada kami bahwa kau tidak menyimpan barang itu tetapi kau malah menyimpanya, cepat ikut kami ke kantor polisi!” sentak polisi tersebut. Dika tidak dapat mengeluarkan sepatah kata pun ia hanya bisa terdiam dan menatap apa yang terjadi dihadapanya tersebut. Kejadian itu membuat Dika semakin terpuruk dan ia memikirkan akan keadaan ibundanya.
            Jam terus berputar sesuai dengan porosnya, detik mulai berjalan dan waktu telah menunjukan pukul 14.00 WIB. Dika telah berada di Polres Cimaluk, ia sedang dimintai keterangan, mengenai dirinya yang menyimpan barang haram tersebut. “ Hei..anak muda, mengapa kau menyimpan barang haram ini?” tanya salah seorang polisi. “A..a..nuu pak, saya diberikan oleh teman saya” Dika menjawab sambil terbata bata. “Siapa temanmu itu?”. “Teman saya pak yang bernama Andy”, Dika menjawabnya dengan perasaan takut luar biasa. “ Apa dia teman dekatmu?”. “Ia Pak, Andy teman dekat saya” Dika menjawab dengan ketakutan. “Baiklah nanti saya akan proses lebih lanjut” polisi itu mengakhiri penyelidikan mereka siang itu.
            Kemudian, Dika ditetapkan sebagai tersangka kasus penggunaan narkoba. Terlebih lagi Dika tidak dizinkan pulang oleh polisi karena ia telah ditahan di Kapolres Cimaluk. Dika merasa menyesal atas apa yang telah dilakukannya, ia berharap dapat berubah dan berbakti kepada orang tua. Kejadian ini sangat sering dialami oleh remaja saat ini, mereka hanya memikirkan kesenangan semata tanpa memikirkan dampak negatifnya, bahkan kesehatan mereka dapat terancam. Pengguna narkotika dapat mengakibatkan hilang kesadaran dan gangguan jiwa yang terkadang membuat penggunanya mengamuk jika tidak dapat mengkonsumsi barang tersebut, hal ini yang berakibatkan ketergantungan. Faktor yang dapat mempengaruhi menggunakan narkotika yakni adanya masalah dalam keluarga atau lingkungan, rasa ingin tahu yang tinggi dan masih banyak lagi. Pengguna juga dapat mengalami kematian, tentunya mengganggu kesehatan.
            Keesokan harinya, Dika mengalami rehabilitasi atas keinginan orang tuanya, dan kejadian mengejutkan terjadi kembali ketika sahabat Dika yang bernama Andy telah melarikan diri entah kemana. Pada akhirnya Dika menerima hukuman yang sangat berat, ia mendapat hukuman dari pihak polisi lima tahun penjara. Hal tersebut yang membuat ibu Dika merasa sedih, ia hanya bisa berharap dengan hukuman itu Dika putra sulungnya dapat berubah menjadi orang yang lebih lagi dikemudian hari.
            Beberapa jam kemudian, tepat di Lapas Cimaluk. “Dik, ibu hanya berharap kamu dapat berubah dengan adanya kejadian ini!” harap wanita tua itu. “Ia bu, maafkan aku, aku berjanji akan berubah dan aku akan membantu ibu dalam segala hal” jawab Dika. “Semoga kau dapat memegang janjimu nak, jangan hanya berjanji tetapi ibu berharap kau akan melaksanakan apa yang kau katakan” ibunya mengakhiri percakapan pada saat itu. Karena waktu mengunjungi tersangka telah habis maka ibunya pun pulang kerumah. Pada saat ibunya telah meninggalkan Dika. Dika berfikir bahwa didalam lubuk hatinya yang paling dalam ia berjanji akan berubah dan akan taat kepada perintah agama terutama ia akan mendekatkan diri kepada Allah S.W.T. Dika ingin menikmati indahnya surga yang didalamnya dihiasi dengan pemandangan yang luar biasa dan sungai dengan air yang mengalir jernih, ia yakin dan percaya bahwa Allah S.W.T pasti akan mengampuni dosa setiap hamba yang bertobat dengan sungguh-sungguh.
            Beberapa tahun kemudian, Dika telah keluar dari penjara. Dan impiannya untuk berubah telah terwujud, ia menjadi salah satu ustaz yang berada di masjid kampungnya di Cimaluk, dan ia juga ditawarkan untuk menyiarkan agama islam diberbagai acara, serta berbagi pengalaman kepada jamaah. Kemudian, Dika juga ditawari untuk bekerja di Kementerian Agama, hal tersebut yang membuatnya sangat takjub dengan karunia Allah S.W.T yang tiada hentinya. Dika juga dapat menyekolahkan adik-adiknya dengan uang hasil kerja kerasnya dan ia juga dapat memberangkatkan ibundanya pergi menjalankan ibadah haji. Hal tersebut yang sangat ia syukuri. Dan sampai saat ini ia tidak menyangka atas apa yang telah diberikan oleh Allah S.W.T kepada dirinya.
            Kejadian pahit tersebut telah berlalu, masa-masa suram telah berganti masa menjadi masa cemerlang, pengalaman demi pengalaman terus dilalui. Pengalaman pahit yang dulu Dika telah menguburnya dalam-dalam dan saat ini ia terus mengambil hikmah atas apa yang pernah ia dapatkan. Harapannya yang dulu ingin menjadi orang yang lebih baik, saat ini harapanya telah terwujud, Dika pun dapat menggapai impiannya, layaknya ia dapat memeluk bintang yang berada jauh diatas sana. Karena setiap impian dapat diraih jika memiliki keinginan yang sangat besar untuk meraihnya, semangat dan tawakal kepada Allah S.W.T  serta jika dibarengi oleh iman yang kuat maka kesuksesan untuk mencapai sesuatu mudah diraih.

NILAI SEBUAH KEHIDUPAN

Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukan dunia
Berlarilah tanpa lelah, sampai engkau meraihnya
Berlarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada yang kuasa, cinta kita didunia selamanya

Potongan lagu diatas Laskar Pelangi yang dipopulerkan oleh NIDJI band asal Jakarta, dalam syairnya memberikan makna yang berbeda dan memberikan semangat baru bagi generasi muda yang memiliki mimpi. Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukan dunia memiliki makna yakni jika setiap orang memiliki mimpi, mimpi tersebut merupakan jalan untuk dapat meraih apa yang kita inginkan. Dengan bermimpi setinggi langit maka impian itu akan sangat mudah dicapai apabila impian kita dibarengi dengan semangat yang kuat dan kesabaran serta keuletan dalam bekerja. Berlarilah tanpa lelah, sampai engkau meraihnya makna yang terdapat dalam syair ini yaitu semangat dalam diri dapat mendorong seseorang untuk dengan cepat meraih impiannya, pengorbanan yang besar maka akan dapat membuahkan hasil yang besar pula, jangan berhenti sebelum impian yang diinginkan dapat diwujudkan. Berlarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga syair ini memberikan pesan dengan berlari dan terus mengejar mimpi serta dibarengi oleh kebahagiaan, walaupun dunia tak seindah surga tetapi berusaha untuk membuat dunia seperti surga, dengan mensyukuri apa yang diberikan oleh Tuhan. Bersyukurlah pada yang kuasa, cinta kita didunia selamanya syair yang terakhir memiliki makna melakukan segala hal, harus diikuti rasa syukur atas karunia yang telah diberikan oleh Tuhan. Mencintai hal yang dikerjakan maka akan memberikan kebahagian tersendiri, melakukan pekerjaan dengan hati dan cinta memberikan kesan yang luar biasa, seketika rasa tulus ikhlas dapat dirasakan oleh setiap orang yang melakukan segala hal dengan hati dan cinta.
Kisah ini, kisah dari seorang anak yang memiliki impian yang sangat besar namun butuh pengorbanan yang luar biasa. Anak yang keseharianya bekerja sebagai pemungut sampah, ia berkeliling setiap hari mengunjungi komplek perumahan yang terletak di Kota Mataram. Hal itu ia lakukan demi mendapatkan sesuap nasi, pekerjaan itu ia lakukan dengan tulus ikhlas, walaupun keberuntungan untuk dapat mengenyam pendidikan tak dapat ia rasakan namun itu tak akan pernah menghalangi impiannya. Rasa putus asa pernah dialaminya namun hal tersebut ia tungkas kembali dengan rasa syukur yang luar biasa atas anugrah yang diberikan Tuhan. Sholat lima waktu tak pernah ia tinggalkkan walaupun jadwal padat yang menyelimuti hari-harinya namun urusan ibadah ia tidak pernah tinggalkan. Keinginan yang kuat untuk menjadi orang sukses dikemudian hari, selalu ia tanamkan dalam dirinya. Rasa lelah, letih seketika itu pula hilang ketika ia mengingat tentang keinginannya tersebut.
Disebuah perkampungan yang terletak di Kota Mataram, terlihat seorang anak yang sedang sibuk mencari karung dan seutas kayu, untuk digunakan memungut sampah dipinggir jalan. Sebut saja nama anak itu Tino, Tino setiap harinya bekerja sebagai pemulung, keadaan keluarga yang serba minim membuat keinginanya tak dapat terlaksana. Tino ingin mengenyam pendidikan walaupun hanya 6 tahun. Tetapi semua itu terhalang karena hal ekonomi. Setiap pagi Tino hanya bisa melihat teman-temanya yang dapat bersekolah, ia membayangkan betapa bahagia teman-temanya yang bersekolah, memakai baju seragam, sepatu baru, tas baru dan alat tulis baru. Apalah daya tangan tak sampai, namun hal tersebut tidak membuat Tino merasa malu kepada teman-temanya. Ketika teman-teman Tino pulang sekolah, ia tidak segan untuk bertanya mengenai pelajaran yang didapatkan oleh teman-temanya. Semua keadaan ia lakukan dengan perasaan bahagia walaupun didalam lubuk hati yang paling dalam ia menyimpan sejuta kesedihan luar biasa.
Setiap hari Tino mengelilingi kompleks perumahan, jika ia menemukan tempat sampah dipinggir jalan, segeralah Tino mengaduk sampah tersebut untuk menemukan sampah yang bermanfaat. Satu botol plastik yang telah selesai digunakan maka akan terbayar sebanyak Rp 500,00. Jika pada tiap harinya penghasilan yang dapat dirain Tino tak cukup untuk membayar biaya pendidikan. Dengan bertambahnya tahun dan faktor kenaikan ekonomi hal tersebut yang membuat biaya pendidikan ikut meningkat. Setiap pagi Tino dan ibunya pergi berkeliling, ketika itu ia melihat makanan yang masih lezat untuk disantap dipinggir jalan. Karena Tino dan ibunya tidak memiliki uang untuk makan siang, maka Tino dan ibunya mengambil makanan itu lalu memakanya dengan lahap, sungguh menyedihkan. Betapa besar nilai sebuah kehidupan, bersyukurlah atas apa yang diberikan oleh Tuhan, karena segala hal yang diberikan Tuhan itu merupakan hal yang terbaik, karena tidak mungkin Tuhan memberikan cobaan kepada hambanya yang tidak mampu untuk mengatasinya.
            Pada suatu hari, dikala senja telah tiba suara adzan menggema, menepis keheningan yang terjadi pada saat itu. Seketika itu juga Tino melepas pekerjaanya seperti biasa ia melepas karung yang telah lama manjadi teman akrabnya dan melangkahkan kaki menuju masjid terdekat didaerah Ampenan. Tino melaksanakan ibadah dengan khusuk. Beberapa jam kemudian, Tino telah melaksanakan ibadah sholat magrib. Tino melangkahkan kakinya berniat ingin segera pulang, dan merebahkan badanya diatas kasur yang terbuat dari kardus yang dilapisi teman akrabnya yaitu karung yang selalu menemaninya dimanapun ia berada. Rumah Tino terbuat dari bahan koran dan kardus yang dikokohkan dengan menggunakan lem, koran bekas yang ia temukan dijalan ia gunakan sebagai tembok rumahnya. Selimut yang ia kenakan pun berasal dari bahan kardus. Semua hal tersebut ia terima dengan perasaan bahagia, dan penuh keikhlasan. Tino percaya bahwa suatu hari nanti keadaan yang ia alami akan menjadi pelajaran yang berharga di masa depan.
            Suara jangkrik, angin yang bertiup perlahan, bintang bermuculan menghiasi langit. Malam hari pun telah tiba, Tino yang pada saat itu berbincang bincang dengan ibunya mengenai keinginanya untuk bersekolah. Namun ibu Tino hanya bisa terdiam dan meratapi nasib yang ada, ibunda Tino merasakan perasaan yang sangat sedih, sebenarnya wanita itu menginginkan anaknya untuk bersekolah hingga jenjang yang lebih tinggi namun apalah daya kemampuan wanita itu tak sampai untuk memenuhi keinginan anaknya, anak semata wayang dan wanita itu sangat berharap suatu hari nanti anak tersebut dapat menjadi orang sukses. Selama dua jam mereka berbincang bincang dengan ditemani suara jangkrik yang terus mengeluarkan bunyinya. Tak lama kemudian Tino dan keluarganya tertidur diatas kasur yang sangat mewah menurutnya.
            Pagi pun menjelang, embun pagi membuat lantai rumahnya menjadi lembab, rumah Tino tidak menggunakan kubin, melainkan menggunakan tanah. Beberapa jam kemudian, Tino terbangun dan bergegas melaksanakan sholat shubuh, seperti biasa ia melangkahkan kakinya menuju masjid terdekat di kampungnya. Setelah melaksanakan ibadah sholat shubuh, Tino bergegas untuk mandi. Keluarga Tino tidak memiliki kamar mandi sendiri, jadi Tino harus berjalan menuju kali dekat rumahnya. Biasanya kali didekat rumahnya digunakan untuk mandi bagi warga di perkampungan tersebut yang tidak memiliki kamar mandi. Setelah Tino mandi segeralah ia bergegas mengambil karung dan seutas kayu yang menjadi teman akrabnya selama ini. Hari itu Tino akan mencari sampah didaerah Kota, ia berharap akan mendapat penghasilan yang banyak pada hari itu. Langkah kaki itu memberikan bekas yang sangat berharga di sepanjang jalan, perjuangan seorang anak untuk meraih impiannya dikemudian hari, membuatnya harus menerima apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Keinginanya yang sangat besar untuk menjadi orang sukses di kemudian hari membuatnya bersemangat bekerja, walaupun tak seharusnya ia bekerja.
            Kadang kehidupan terasa sulit untuk dijalani, kebahagian tak selamanya dapat dirasakan. Kehidupan butuh perjuangan yang besar, tak selamanya kehidupan berjalan dengan indah. Tanpa adanya persoalan maka kehidupan tak akan pernah memiliki cerita. Tino dengan kehidupan yang serba minim, namun semangatnya yang sangat luar biasa demi cita-citanya dikemudian hari. Walaupun dengan keadaan yang saat ini ia rasakan namun semangatnya yang tak pernah putus akan dapat membawanya dalam kebahagian suatu hari nanti.
            Pekerjaan Tino yang saat ini hanya sebagai pemungut sampah namun tak selamanya dianggap rendah karena tanpa adanya jasa dari seorang pemulung maka sampah-sampah akan semakin menumpuk dan dapat menimbulkan dampak negatif. Kejadian yang terjadi pada sebuah kehidupan maka akan menjadi berharga ketika kita dapat menjalani kehidupan dengan penuh semangat, terutama bagi para pemuda yang harus mampu untuk terus mengobar semangat pemuda. Toni sebagai anak bangsa ia juga tak pernah untuk terus bersemangat demi mewujudkan cita-citanya menjadi seseorang yang sukses dimasa depan. Kesuksesan tidak dapat diraih dengan begitu saja namun butuh pengorbanan yang besar. Ketika kesuksesan dapat diraih maka perasaan luar biasa akan muncul pada diri seseorang namun janganlah mudah untuk merasa puas atas apa yang telah diraih. Dan terus mencoba hal-hal yang baru karena dengan memiliki rasa ingin tahu yang besar maka akan membuat sesuatu yang luar biasa.
           

Ketika Cahaya Masih Ada

Terik panas matahari siang itu tak membuat remaja berusia 13 tahun putus asa, ia begitu percaya diri dan begitu yakin bahwa hari itu ia akan mendapatkan keberuntungan. Langkah kaki yang begitu semangat memberikan cerita baru bagi sebagian anak jalanan yang ada di Mataram. Kisah ini kisah seorang anak jalanan yang memiliki semangat yang tinggi untuk meraih cita-cita berbagai rintangan ia lewati dengan rasa syukur. Menjadi seorang anak  remaja yang tidak memiliki tempat tinggal dan tidak memiliki orang tua membuat remaja itu harus mampu untuk menanggung segala penderitaan hidup yang dialaminya. Sebut saja nama remaja itu Shandi. Shandi yang setiap harinya bekerja sebagai pengamen jalanan, membuat dirinya harus siap untuk menerima segala resiko yang akan terjadi. Karena setiap hidup manusia memiliki tantangan masing-masing. Dan ini adalah tantangan hidup seorang anak jalanan yang seharusnya mereka merasakan kasih sayang orang tua akan tetapi mereka merasakan begitu kejamnya dunia.
Setiap harinya Shandi ditemani oleh teman akrabnya yaitu sebuah gitar tua, gitar itu ia dapatkan dari seorang temanya. Bagi Shandi gitar tua itu sangat berarti karena dengan gitar itu ia mampu untuk makan setiap harinya. Apalah daya tangan tak sampai. Keinginan Shandi untuk melanjutkan sekolah tak mampu ia wujudkan, karena terhalang oleh keadaan yang ada. Remaja yang berusia 13 tahun harusnya dapat mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hanya impian belaka. Jangankan mengenyam pendidikan, biaya untuk makan saja masih sangat sulit. Matahari itu membuat suasana jalanan semakin panas ditambah dengan polusi udara yang tak terkendali, mobil dan motor melewati jalanan yang semakin hari semakin bertambah banyak jumlah motor dan mobil dengan desaign yang begitu modern.
“ Hai.. Shandi, kau akan ngamen dimana lagi sekarang?”tiba-tiba seseorang menghampiri Shandi dengan gaya punk, yang tak lain teman seperjuangan Shandi yang bernama Tino.
“ Tak tau lagi aku harus kemana, semua jalanan telah kujajali namun hanya sedikit orang yang peduli, mereka tak mengetahui betapa pilunya kita yang setiap hari mencari rezeki hanya dengan kemampuan seadanya”, tutur Shandi dengan wajah sedih.
“ Sudahlah kawan hadapilah, ini tantangan buat kita, setiap manusia tak selamanya sama kehidupannya adakalanya manusia diatas dan adakalanya pula manusia dibawah, terimalah dengan rasa syukur atas anugrah Tuhan” sahut Tino dengan bijak.
“ Iya kawan aku mengerti, tak apalah kita seperti ini, suatu hari nanti kita pasti akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik, selama kita terus bersyukur atas anugrah Tuhan” jawab Shandi.
“Iya sudah kawan, kalau begitu aku mau menjajakan koran ini kembali kepada para pengguna jalan, kau hati-hati ya” tungkas Tino.
“ Iya kawan, terima kasih atas kebaikanmu, aku juga akan pergi dengan sahabatku ini, gitar tua yang selama ini menemaniku kemanapun kakiku melangkah” Shandi mengakhiri percakapan pada siang itu.
Kemudian Shandi melanjutkan pekerjaanya sebagai seorang pengamen, tepat pada saat itu lampu lalu lintas menunjukan tanda merah seketika itu pula ia melangkahkan kakinya dengan cepat berharap saat itu ia memperoleh hasil yang cukup untuk makan pada malam harinya. Langkah yang begitu cepat dengan dilapisi sandal jepit yang sudah bolong, tak membuat Shandi putus asa untuk terus mencari rezeki pada siang itu. Pertama didatanginya mobil yang berada tepat didepan lampu merah tersebut, dan Shandi pun bernyanyi sambil memetik gitar tuanya. Tak disangka ketika ia mengulurkan tanganya ternyata pemilik mobil itu tak memberikan uang sedikit pun, dan Shandi melihat didalam mobil itu terdapat anak yang seumuran dengan dia, anak itu sedang asik memegang ipad sambil mendengarkan musik. Ironis memang, keadaan itu membuat Shandi semakin sedih, padahal Shandi hanya ingin mencari uang untuk makan malam saja, tak apalah mereka memberinya uang hanya Rp 500,00 atau berapa pun mereka ikhlas, akan tetapi hal tersebut tak terjadi. Shandi tak mendapatkan sepeser uang pun dari pengguna mobil tersebut. Namun hal tersebut tak membuat semangatnya turun, ia semakin bersemangat lagi untuk mengais rezeki. Kemudian Shandi pun menunggu lampu merah selanjutnya, seperti biasa ia menyanyikan lagu anak jalanan. Namun kali ini berbeda, kali ini ia mendapatkan rezeki walaupun hanya Rp. 500,00 ia sudah sangat bersyukur.
Tak terasa adzan dzuhur berkumandang menandakan waktu sholat, kebetulan lampu merah itu sangat dekat dengan masjid, seketika itu juga Shandi berjalan menuju masjid untuk melaksanakan sholat. Shandi berjalan menuju tempat wudhu dan langsung mengambil air wudhu kemudian melaksanakan sholat. Dalam doa Shandi merasakan syukur atas karunia yang diberikan oleh Tuhan. Kemudian Shandi melangkah kan kakinya kembali untuk mencari rezeki, dengan perasaan tenang. Langkah kakinya semakin memberikan cerita baru bagi seorang anak jalanan yang menjalani hidupnya dengan mandiri. Perutnya telah berbunyi menandakan ia sangat lapar karena dari pagi ia tak pernah merasakan sesuap nasi. Dirabanya kantung celananya mengharapkan uang hasil nagmen cukup untuk membeli nasi pada siang itu, setelah ia mengeluarkan uang itu ia hanya melihat uang itu terkumpul hanya Rp 2000,00, perasaan sedih itu muncul kembali, ia berfikir mana cukup uang Rp 2000,00 untuk makan hingga malam. Kemudian Shandi mengurungkan niat untuk membeli nasi, dan akhirnya ia hanya membeli sepotong roti yang seharga Rp 500,00. Dengan lahapnya Shandi memakan roti itu, namun ia merasakan bahwa tenggorokanya kering, kemudian ia segera meminta minum kepada salah seorang pedagang nasi. Shandi merasakan bersyukur karena pedagang nasi itu memberikan segelas air putih. Kemudian ia melanjutkan perjalanan untuk mencari rezeki, seperti biasa kemampuanya hanya bisa bernyanyi itu pun ia belajar dengan otodidak. Shandi terus berjalan menuju lampu merah yang berada di seberang pedagang nasi tersebut, kebetulan pada saat itu lampu lalu lintas menunjukan tanda merah, dengan gesitnya remaja itu lari untuk menuju lampu merah tersebut.
Pada saat Shandi telah tiba tepat didepan lampu merah, anak-anak jalanan yang lain sudah langsung beraksi untuk memainkan gitar mereka masing-masing, seperti biasa hal itu mereka lakukan untuk dapat membeli sesuap nasi. Shandi pun dengan langkah kaki yang begitu gesit tiba disebuah mobil sedan yang berwarna merah mengkilap, kemudian Shandi menyanyikan sebuah lagu dengan judul lagu
Ujung Tahun Lemah Gempal”
Di penghujung tahun yang penuh air mata
Di penghujung tahun yang penuh nestapa
Di penghujung tahun yang penuh angkara
Kubernyanyi di siang hari
Selamat datang istana yang angkuh berdiri
Selamat tinggal ilalang yang punya arti
Selamat jaya tugumuda kalungi medali
Kubertanya pada sang matahari
Ada apakah di dalam istanamu
Terpikirkah nasib bocah di depanmu
hanguskah ilalang yang tak mengganggu
Benarkah tugumuda masih bersahabat
            Tak lama kemudian, pemilik mobil membuka jendela mobil itu dengan perlahan dan mengulurkan uang sebesar Rp 20.000,00. Seketika itu juga Shandi merasakan syukur yang begitu besar kepada Tuhan, betapa bahagianya remaja itu, hingga senyum yang merebah di bibirnya tak henti-hentinya. Shandi merasakan kebahagian yang sangat jarang ia rasakan. Tiba-tiba senyum itu terhenti ketika salah seorang teman Shandi menegurnya.
            “Shandi...kau kenapa dari tadi aku perhatikan kau seperti sedang bahagia?” sahut Tino.
            “Iya Tino, hari ini aku sangat bahagia karena usahaku ngamen lumayan banyak dapatnya” jawab Shandi sambil tersenyum kembali.
            “Wah memangnya kau dapat berapa ?” tanya Tino.
            “Alhamdullilah aku dapat Rp 20.000,00” jawab Shandi.
            “Wah pasti senang ya kamu, terus semangat kawan!” sahut Tino menyemangati Shandi.
            “Makasih banyak kawan, kamu udah memberikan semangat buat aku” tungkas Shandi.
            “Iya sama-sama, aku mau melanjutkan perjalanan dulu ya kawan” jawab Tino.
            “Oke, hati-hati ya kawan jangan lupa akan mimpi kita, karena suatu saat nanti cahaya itu pasti akan datang” Shandi mengakhiri percakapanya pada siang hari itu.
            Jam semakin berputar, seiring dengan berubahnya menit detik pun semakin berputar. Tak terduga hari sudah senja dan saatnya untuk Shandi dan teman-temanya kembali ke rumah mereka, sebenarnya rumah itu tak layak untuk disebut sebagai rumah, karena bangunan itu terbuat dari kardus yang dilapisi kayu bekas ditambah dengan lem. Sehingga pada saat hujan tiba, rumah itu mengalami kebocoran. Anak-anak jalanan sudah terbiasa dengan keadaan itu, mereka  sangat mensyukuri walaupun menurut mereka hal itu sungguh pahit, namun mereka jalani dengan ikhlas dan rasa syukur kepada Tuhan. Mereka percaya dan yakin bahwa impian mereka suatu saat nanti akan terwujud untuk menjadi orang sukses dikemudian hari. Adzan magrib telah tiba, seluruh anak-anak jalanan mengambil air wudhu dan mereka segera melaksanakan sholat magrib. Setelah mereka selesai melaksanakan sholat, seperti biasanya mereka mengaji. Hingga waktu isya tiba mereka tetap semangat walaupun keadaan yang dirasakan sungguh pahit, namun mereka menerimanya dengan ikhlas.
            Suara jangkrik semakin terdengar keras, hembusan angin yang begitu perlahan ditambah dengan udara yang semakin dingin menembus tulang rusuk melewati bangunan dimana tempat anak-anak jalanan berteduh setiap harinya. Bangunan yang terbuat dari kardus dilapisi koran bekas berubah dingin, hingga Shandi merasakan dingin yang luar biasa, namun mereka tak memiliki selimut tak memiliki tempat tidur. Selimut yang mereka gunakan terbuat dari Kardus, itulah teman mereka tidur, sebuah kardus bekas yang digunakan sebagai selimut maupun sebagai tempat tidur. Terkadang mereka tak tidur di rumah kardus tersebut melainkan mereka tertidur di ruko-ruko pinggir jalan, hanya itulah yang mereka mampu lakukan. Mereka tak mampu melakukan lebih dari itu, dikarenakan keterbatasan yang mereka miliki.
            Suara burung berkicauan menandakan waktu pagi, seperti biasa Shandi dan teman-temanya bersiap siap untuk mencari rezeki. Shandi segera mengambil gitar tuanya kemudian berharap hari itu ia akan mendapat keberuntungan kembali. Semua itu ia lakukan dengan semangat baru walaupun terkadang lelah menerpanya namun tak membuat semangat itu pudar. Ketika Shandi mengingat akan adanya cahaya suatu hari nanti dimana cahaya tersebut yang akan meruah nasib Shandi maka semangat itu akan terus bertambah dan tumbuh bahkan semakin kuat. Semua kehidupan butuh perjuangan dan butuh pengorbanan, ketika seseorang dapat melakukam suatu pekerjaan yang didasari dengan cinta dan kasih maka pekerjaan itu akan mudah terasa dijalankan. Karena impian pasti akan terwujud dikarenakan kerja keras dan pengorbanan yang besar.
            Pagi itu, Shandi melangkahkan kakinya kembali dengan penuh semangat baru. Ketika ia membuka sebuah buku catatan dan ternyata catatan itu sebuah catatan anak negeri yang tak tertulis namanya disana dan catatan itu bertuliskan :
“Satu Rasa”
Aku kamu dan mereka kita bersaudara
Satu hati satu rasa walau kita ada di jalan
Petik gitar dan nyanyikan syair lagu kehidupan
Dalam hati ada janji melangkah pasti hidup mandiri
Lihatlah saudara kita tanpa sandang berjalan
Lihatlah saudara kita tunggu hari tanpa makan
Dihimpit ketakutan tanpa daya terbelenggu
Adakah masa depan yang cerah bagi saudara-saudara kita
Adakah seberkas cahaya bagi mereka disana
Kan tegakah melihat saudara kita hidup menderita
Adakah hati yang bicara ulurkan tangan bantulah sesama
            Catatan itu seolah memberikan arti yang bermakna bagi kita sebagai manusia yang diwajibkan untuk menolong sesama. Shandi seketika itu juga terdiam, dan berharap hari itu akan menjadi hari yang sangat bermakna bagi dirinya. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, semua itu bisa saja terjadi atas kehendak Tuhan. Shandi melangkahkan kakinya ditemani sandal yang sudah bolong, kemudian ia menyusuri jalanan dengan perasaan tak karuan.
            Tiba-tiba saja seseorang menghampirinya, dengan sebuah pertanyaan yang menjadi impian Shandi.
            “Dek, kamu dari mana? Kamu kerja ngamen ya? Masih sekolah?” seorang laki-laki dengan wajah berseri mananyakan hal itu kepada Shandi.
            “Aku dari  Mataram, iya kak, udah ndak sebetulnya aku ingin sekolah kak tapi apalah daya tangan tak sampai aku hanya bisa melihat orang-orang bersekolah” jawab Shandi.
            “Oh..begitu dek, kalau begitu aku mau membantumu dek untuk melanjutkan sekolah, supaya kamu bisa mencapai cita-cita kamu” tutur seseorang itu.
            “Benarkah? Apakah kaka tidak sedang becanda?” Shandi menanggapi dengan wajah tidak percaya.
            “Iya dek, oke deh aku akan memberimu biaya untuk melanjutkan sekolah kamu” jawab seseorang itu.
            “Wah terima kasih banyak kak” jawab Shandi mengakhiri.
            Pagi itu terasa seperti mimpi bagi Shandi, semua itu berjalan tanpa disadari Shandi. Shandi masih tak menyangka akan kejadian yang dialaminya pagi itu. Segeralah Shandi sujud syukur atas karunia yang telah diberikan oleh Tuhan, semua itu berjalan dengan sangat cepat. Impian yang selama ini ada dalam benaknya telah terwujud. Shandi dapat melanjutkan sekolah kembali, dan ia dapat meraih impiannya di kemudian hari. Menurutnya cahaya itu masih ada walaupun terkadang ia berfikir bahwa cahaya itu tak akan pernah datang namun ternyata sebaliknya cahaya itu datang, dan anugrah itu sangat ia syukuri. Ia berharap suatu hari nanti akan mendapatkan cahaya yang lebih terang, dan dapat mewujudkan impiannya menjadi orang sukses dikemudian hari.