Thursday, February 7, 2013

Sebuah Botol Tanda Cinta Tak Terungkap


Panas terik matahari, diiringi dengan hembusan angin dan suara kendaraan yang lalu lalang, menciptakan polusi udara, membuat langkah kaki ini terus bersemangat untuk maju. Beberapa orang melewati terotoar seperti diriku yang sedang mencari sebuah ketenangan dalam jiwa maupun sanubariku. Perjalanan yang kulalui diliputi dengan berjuta perasaan yang tak akan mampu untuk ku tulis dalam sebuah ungkapan, karena rasa yang ku alami sudah sangat sakit hingga aku harus merasakan pahitnya cinta. Aku sadar aku bukanlah orang yang sempurna seperti yang diinginkannya, namun aku memiliki rasa kasih sayang yang akan ku berikan bagi orang yang aku sayangi. Kehidupan memang tak selamanya berjalanan sesuai keinginan, itulah tantangan sebuah kehidupan yang memberikan begitu banyak pelajaran yang dapat diambil. Aku seorang pelajar yang saat ini duduk di bangku SMA tepatnya kelas XII IPA. Namaku Eliza Rahma. Teman-teman biasa memanggilku dengan panggilan Liza. Aku bersekolah di sebuah sekolah negeri yaitu SMA Harapan Bangsa. Dimana letak sekolahku sangat strategis dengan hal yang biasa aku lakukan di sekolah setiap bel istirahat berbunyi.

            “ Hai..Liza kamu dari mana aja?” tanya salah seorang sahabatku yang bernama Dinda.

            “Hai..Dind aku habis dari belakang sekolah” jawabku

            “Pasti kamu ke danau ya?” tanya Dinda penasaran.

            “Iya nih...” sambil mengambil sebuah kertas.

            “Pasti kamu ngelakuin hal yang gak jelas, hmm itu memang kebiasanmu yang menyendiri setiap bel sekolah berbunyi” tambah Dinda, dengan wajah penasaran.

            “Itulah aku, kegemaranku kan memang kesana Dind” sahutku mengakhiri, percakapan saat bel berbunyi.

            Hari ini kulalui dengan perasaan tak menentu, membuatku mengingat kenangan masa lalu yang tak akan pernah ku lupa, mungkin saja ini akan menjadi kenangan dan entah kapan kenangan ini akan ku hapus dalam benakku. Setelah aku pindah sekolah sejak kelas X, aku tak mengetahui akan kabar darinya, rasanya hati ini pilu dan luluh lantah tanpa menatap wajahnya tanpa mendengar suaranya. Mata ini tak lagi mampu melihatnya dari kejauhan, senyuman ini tak lagi ada, ketika ku tak melihatnya bercanda dengan teman-teman kelasnya. Aku menyukai seorang cowok, dia adalah cowok satu angkatanku. Kami memang tidak sekelas namun kami sering bertemu ketika bel istirahat berbunyi, hanya aku yang mampu melihatnya karena dia tak mengetahuiku. Aku tak tau siapa nama lelaki yang sering kulihat ketika istirahat. Saat aku SMP aku memang bersekolah yang berbasis Islam sehingga kelas antara putra dan putri dipisah. Kami tak saling kenal, saat aku kelas VII, perasaan ini telah muncul. Namun tak ada seorang pun yang tahu tentang hal ini, dan hanya aku dan Tuhan yang tahu akan semuanya.

            Beberapa bulan kemudian, aku mengetahui nama lelaki itu dari sebuah buku tugas Matematika, kebetulan saat itu guruku menyuruhku untuk memberikan buku itu kepada anak kelas VII B yang bernama Rizal Pahlevi. Dari sanalah aku mengetahui nama lelaki yang aku suka. Hari-hari kulalui dengan penuh semangat, ketika bel berbunyi hal yang tak pernah kulupa adalah memandanginya dari kejauhan dan menulis sebuah puisi untuknya, hal yang biasa ku lakukan setelah menulis, kumasukan puisi itu kedalam sebuah botol, kemudian kubawa pulang puisi itu. Ketika sampai dirumah, bergegas ku pergi menuju tempat berlabuh yaitu pantai yang berada tepat di samping rumahku. Dan kuarungi botol itu, dengan harapan akan dapat melepas beban yang selama ini kupendam. Itu adalah hal yang rutin kulakukan hampir setiap hari. Aku tau aku bukanlah orang yang sempurna yang tak pantas untuk dicintai olehnya, aku merasa diriku hanya sebuah ampas kotoran yang hanya dapat merusak ke populeranya di sekolah. Aku Liza anak yang memiliki postur tubuh tidak ideal dan memiliki wajah yang tidak secantik anak yang lain. Terkadang aku merasa minder jika harus pergi ke kantin dan berjalan di depannya, hal itu membuatku tak percaya diri. Jangankan ia menegurku hanya sekedar menoleh ke arahku pun ia tak pernah. Hal ini sangat memberikan kesedihan yang teramat dalam. Mungkin aku memang tak pantas untuknya, hanya itu saja kata-kata yang sering ku ucapkan dalam hatiku.

            Hingga pada suatu hari, saat aku SMP, sekolahku mengadakan program belajar selama 3 bulan ke Pare untuk memperdalam bahasa inggris. Program ini sangat disambut antusias oleh banyak siswa-siswi. Dan salah satunya aku, aku mengikuti program ini. Disinilah kejadian yang tak terduga mulai bermunculan, awalnya saat kami pergi bersama, antara putra dan putri di pisah namun seiring berjalannya waktu program les kita digabung antara putra dan putri. Dan kebetulan saat itu aku sekelas dengan Rizal Pahlevi. Sungguh bahagia rasanya dapat sekelas dengan lelaki yang sudah mengisi hatiku selama satu tahun ini. Sesuatu yang tak terduga terjadi dalam hidupku, ia mengajakku untuk satu kelompok dengannya ketika pelajaran speaking dan saat itu tutor yang mengajarku meminta agar aku dan dia membuat sebuah conversation mengenai sebuah percintaan. Seketika itu juga jantungku terasa terhenti dan tak mampu untuk berdegub kembali, aku masih tak percaya dengan hal yang terjadi saat itu. Namun aku yakin itu hanya sebuah khayalan yang tak akan pernah dapat terwujud. Satu ungkapan yang kuingat pada conversation itu “Can you give me your heart for me?”  . Hanya itu ungkapan yang saat itu kuingat, betapa bahagia hatiku ketika seorang yang aku cintai mengatakan hal itu padaku. Namun lamunanku akan sebuah keinginanku sirna seketika, ketika ku ingat bahwa itu hanya sebuah conversation yang hanya sebuah tugas dari seorang tutor. Teman-temanku saat itu mengejekku, mereka mengatakan bahwa aku bukanlah orang yang pantas untuk memiliki Rizal. Pada akhirnya aku merenungi akan sebuah kesalahan besar yang telah ku pilih, aku memilih untuk mencintai orang yang salah. Namun aku tak dapat mengelak rasa yang telah diberikan oleh Tuhan. Dalam sebuah puisiku kubuat dalam lamunanku saat malam tiba sambil menatap bintang.

Tuhan..

Apakah ini jalan hidupku

Mencintai seseorang namun tak dicintai

Menyayangi seseorang namun tak dihiraukan

Mengasihi seseorang namun tak di kasihi

                        Tuhan..

                        Sampai kapan rasa ini kan bertahan

                        Ketika ragaku tak lagi ada

                        Ketika jiwaku tlah jauh melayang

                        Ketika kehidupan ini berakhir

Tuhan..

Aku bukanlah manusia sempurna

Aku tak pantas untuknya

Aku hanya sebuah bom atom yang dapat meledaknya

Aku hanya sebuah granat yang dapat menghancurkanya

                        Tuhan

                        Hapuslah rasa ini, jika memang ini yang akan menyiksaku

                        Biarlah ini hanya sebuah cinta yang tak akan pernah terucap

 

            Kenangan selama berbulan bulan bersamanya, memberikan bekas yang tak akan pernah hilang dalam ingatanku. Rizal memang sosok yang sempurna bagiku. Dia laki-laki yang pintar, baik dan tidak merendahkan orang lain. Namun aku tak yakin jika ia mampu untuk mencintaiku. Hingga pada suatu hari aku bertemu dengannya dan kami jalan-jalan pagi berdua. Aku memandanginya, dengan penuh harapan dan ia hanya bercerita-cerita akan dirinya. Kami pun terus berjalan menyusuri jalanan pagi itu yang dilengkapi dengan tatanan desa yang sangat sejuk dan menyenangkan. Hingga waktunya tiba, aku bercerita dengannya, bahwa aku menyukai seseorang. Namun ia tidak begitu peduli dengan apa yang ku katakan. Hari-hari terus berlalu, hingga saatnya kami harus meninggalkan desa itu. Untuk kembali ke Semarang. Karena memang kami berasal dari Semarang.

            Sesampainya di Semarang, aku dan Rizal semakin menjadi sahabat yang dekat, namun rasa ini semakin besar. Setelah kami lulus SMP, Rizal memilih untuk tetap melanjutkan sekolah ke Aliyah dengan sekolah yang sama. Namun lain halnya dengan diriku yang memilih untuk pindah sekolah karena aku telah merasa bosan dengan keadaan disana. Kemudian aku memutuskan untuk pindah sekolah dan memilih mencari sekolah negeri karena semenjak aku di Pare, aku tidak dapat mengirimkan botol ini ke lautan. Saatnya tiba, aku harus merelakan kepergianku dari sekolah yang telah banyak memberikan kenangan. Hingga aku memilih masuk sekolah negeri yang ada di Semarang. SMA Harapan Bangsa adalah pilihanku.

            Hari-hari kulalui di SMA yang baru, salah satunya aku memiliki teman dekat yang bernama Dinda, dan masih banyak teman-teman baruku di SMA ini. Namun rasaku pada Rizal tidak akan pernah pudar, teman-teman kelasku sudah mengetahui akan perasaanku kepada Rizal. Dinda memberi solusi agar aku, mengungkapkan rasa kepada Rizal, namun aku selalu menolak karena aku tak ingin menjadi wanita pertama yang mengungkapkan rasa kepada seorang lelaki. Namun teman-teman kelasku memaksaku, dan mengancamku jika aku tidak melakukannya maka mereka yang akan memberi tau Rizal akan apa yang kurasakan selama ini. Aku tidak ingin jika Rizal mengetahui hal ini dari orang lain.

            Malam itu, kukumpukan sebuah keberanian yang luar biasa. Keberanian itu yang akan ku keluarkan untuk jujur kepada Rizal akan perasaanku yang sesungguhnya. Aku tak mengerti harus mengungkapkan dari mana, ketika ku tau hal ini sangat sulit. Namun perasaan ini tak selamanya aku pendam, aku berfikir bahwa aku harus segera mengungkapkanya. Aku sengaja mengungkapkan perasaan ini, dalam artian aku tidak menembaknya akan tetapi aku merasakan hati yang kosong dan tanpa beban. Malam itu tepat tanggal 23 Oktober tahun 2011 aku mengirim pesan kepadanya.

To : Rizal ( My Secret Admirer )

Rizal, maafkan aku bukan maksudku untuk menghianati persahabatn kita,

       Namun rasa ini tak mampu ku pendam hingga bertahun-tahun lamanya.

       Sejak pertama kali aku melihatmu perasaan ini telah berbeda.

       Aku menyukaimu melebihi sebatas persahabatan,

       Namun aku tak berharap kau akan membalasnya.

       Aku hanya sengaja mengungkapkan ini agar hatiku menjadi tenang.

      Maafkan aku, jika hal ini membuatmu marah atau benci padaku.

Jika kamu gak bales sms ini, berarti ini adalah smsku yang terakhir kalinya.

           

Dalam diam dan bisu aku menunggu balasan sms darinya, namun tak kunjung ada sms yang masuk. Perasaanku mulai gelisah dan resah, “mungkinkinkah ia tidak membalas?, itu artinya ini adalah sms terakhir untuknya” gerutuku dalam hati. Aku tak sanggup jika tidak mengetahui akan kabarnya. Namun beberapa menit kemudian sms itu datang, Rizal mengatakan.

From : Rizal ( My Secret Admirer)

You’re my friendship forever and after

 

            Betapa terkejutnya hati ini, ketika melihat balasan sms darinya yang sesingkat itu. Seketika itu juga tetesan air mata menjatuhi buku yang sedang kubaca, berharap sms itu akan memberikan jawaban yang terbaik, namun hanya itu yang ia jawab. Sungguh ini membuat hatiku pilu dan merasakan sakitnya luar biasa. Aku sadar bahwa ia hanya menganggapku sebatas sahabat. Hal ini membuatku semakin terpuruk ketika sms itu mengatakan bahwa aku hanya sebagai sahabatnya sampai kapan pun. Menyakitkan, memilukan. Segera kutulis puisi dalam buku diary ku .

Patah Hati

Bintang memancarkan sinarnya dalam kegelapan

Membawaku termenung dalam sebuah kenangan

Kenangan dilapisi sebuah air mata

Sendiri dalam renungan hati

                                    Kali ini terasa terpuruk

                                    Mencari kebahagiaan namun tak kunjung ada

                                    Membuatku semakin depresi

                                    Hingga akhirnya ku pun terjebak

Patah Hati...

Membawaku kedalam sakit hati

Menjatuhkan berjuta kesedihan

Tak ingin merasakanya

Namun inilah takdir hidupku

                                    Patah Hati ...

                                    Sakit Hati, lain kali hati-hati sama hati

 

            Kejadian ini memutuskan ku untuk harus melupakanya, aku harus melupakan semua kenangan tentangnya. Aku mulai beresolusi, resolusiku saat itu aku harus mampu untuk melupaknya dan berjanji tak akan menemuinya lagi. Hingga pada saat dimana hati ini telah sembuh dalam kesedihan yang teramat dalam.

            Hari-hari telah kulalui dengan semangat baru, namun entah mengapa bayangan dirinya selalu ada dalam benakku. Hingga ku selalu menulis puisi dan surat yang akan ku kirim untuk lautan, agar lautan tau betapa aku mencintainya dengan tulus hati. Tiba-tiba saja ketika di sekolah.

“ Woyy.. apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Dinda sahabatku

“Gak..ada Dind aku tak memikirkan apa-apa” jawabku dengan mata sedikit sayu.

“Sudahlah Liza, kamu tak usah membohongi perasaanmu, sebenarnya ada apa?” tanyanya penasaran.

“Rizal hanya menganggapku sebagai sahabatnya sampai kapan pun” sahutku dengan wajah kesedihan.

“Oh..oke kalau begitu kamu harus melupakanya, jangan ingat-ingat dia lagi” Dinda meyakiniku.

“Memang itu yang sedang kulakukan”

            Aku pun segera beranjak pergi dan menuju ke kantin, namun di perjalanan aku bertemu dengan seseorang yang tak asing lagi wajah dan penampilannya. Sungguh tak bisa kubayangkan, ternyata lelaki yang duduk di kantin itu adalah Rizal Pahlevi. Cowok yang selama ini membuat hatiku merasa terpuruk karena memendam rasa kepadanya. Dan yang tak kusangka ternyata ia pindah ke sekolah yang sama denganku, hal ini membuatku semakin depresi ketika melihatnya duduk berdua dengan seorang ratu sekolah. Segera kutulis sebuah puisi yang akan kukirimkan ke danau belakang sekolah.

Secret Admirer

Kudiam tanpa kata
Melihat dirimu dari kejauhan
Ragaku selalu ada untukmu
Walaupun ku tau kau tak akan pernah bersamaku

                                     Keinginanku hanya khayalan belaka

                Yang tak pernah ku tau kapan rasa ini kan usai

                                     Wajahmu selalu ada dalam benakku

                Seolah memberikan cerita baru dalam hidup ini

 

 

Kenangan indah bersamamu takkan kulupakan

Walapun ku tau kau telah melupakannya

Senyumanmu memberikan ketenangan dalam jiwa

Tawamu membuat hati ini gembira

 

Cerita ini kan kuukir dalam sebuah batu sanubari

Ku tau kau akan bahagia bersamanya                

Biarlah hanya diriku yang merasakan pahitnya ini

Kebahagianmu adalah kebahagiaanku pula          

 

Tetaplah ada dalam hatiku

Sampai raga ini tak lagi utuh 

Dan menjadi my Secret Admirer...

 

            Segera kulangkahkan kaki ini menuju danau yang terletak di belakang sekolah, kemudian kuhempaskan botol yang telah berisi puisi ini. Aku berharap danau mengetahui akan hancurnya diriku saat ini. Segera ku kembali ke kelas dan kucari Dinda.

“Dinda...kamu tau gak?” tanyaku ngos-ngosan

“Tau apa?, kamu kenapa nyari aku aja sampai ngos-ngosan segala!” sahut Dinda

“Tau.. Rizal pindah ke sekolah ini, barusan aku lihat dia duduk sama ratu sekolah” jawabku dengan lantang.

“Serius kamu? Gak becanda kan?” dengan tampang tak percaya

“Iya..serius Dind masak aku mau bohong sama kamu”

“Wah...ini situasi yang rumit, disaat kamu mau lupain dia,eh dia malah muncul apa-apa sih dia mau cari gara-gara apa?” Tampang Dinda sinis

“Udahlah Dind gak papa kok, nyatai aja aku bisa lupain dia” sahutku

“Gak mungkin Liza, kamu itu susah banget buat lupain dia”

“Bisa kok, percaya deh, aku mau ke perpus dulu ya” jawabku

Segera ku bergegas menuju perpustakaan yang letaknya tak jauh dari kelasku, sambil membawa sebuah buku catatan dan sebuah pensil. Sesampainya di perpustakaan kucari sebuah buku mengenai pelajaran yang akan dibahas besok. Tiba-tiba saja.

“Hai..Liza kamu ngapain disini?” tanya seseorang yang tak lain adalah Rizal Pahlevi.

“Hhhh..cari buku, kok kamu ada disini?” tanyaku dengan gugup

“Iya..aku udah bosen di sekolah dulu, makanya pindah kesini, kamu kaget ya?” sambil senyum dengan lekukan pipi

“Iii..ya” jawabku gagap

“Kok..jawaban kamu kayak orang ketakutan aja”

“enggak kok, aku mau kesana dulu permisi”

“Oiya..hati-hati ya” sahut Rizal

 

Namun sebelum kumencari buku yang ingin kucari. Aku menulis sebuah coretan dalam catatan yang kubawa.

 

Hai selamat bertemu lagi. Aku sudah lama menghindarimu.

Sialkulah kau ada disini sungguh tak mudah bagiku.

Rasanya tak ingin bernafas lagi. Tegak berdiri didepanmu kini.

Sakitnya menusuki jantung ini. Melawan cinta yang ada di hati.

Dan upayaku tahu diri.

Tak selamanya berhasil pabila kau muncul terus begini.

           Tanpa pernah kita bisa bersama. Pergilah menghilang sajalah lagi.

 

            Dengan segenap perasaan tulus yang ada dalam hatiku ku ungkapkan dalam sebuah tulisan, hingga ku tak tau kapan rasa ini kan berakhir untuk mencintainya. Semua cara telah ku lakukan namun mengapa ia muncul lagi dalam kehidupanku, aku tak ingin, aku tak mampu jika harus melihatnya lagi. Memendam rasa yang sangat pilu membuat hati ini sakit mersakan cinta yang tak terbalas.

            Kuambil buku yang ingin kubaca, dengan maksud dapat melupakan kenangan-kenangan yang telah lalu. Tiba-tiba saja Rizal datang.

            “Liza..khusuk sekali baca bukunya..”

            “Eh..Rizal, kok kamu ada disini lagi sih!” sahutku cetus

            “Emangnya kenapa?” tanyanya

            “Gak ada sih, soalnya tadi kan kamu ada di depan kok tiba-tiba ada    disini?”

            “Iya..aku mau cari kamu” jawabnya

            “Untuk apa cari aku?” tanyaku penasaran

            “Aku mau kasih tau kamu, kalau aku sekolah disini untuk beberapa hari saja, soalnya orang tuaku pindah tugas di USA”

            “Jadi, maksud kamu, kamu mau pindah juga kesana?” tambahku penasaran

            “Iya, pastinya. Gak papa kan?” tanyanya

            “Kok, kamu tanya ke aku gak papa sih?, kan aku bukan siapa-siapa kamu!” jawabku ketus, tersa pilu hati ini mendengar ucapanya.

            “Kan kamu sahabatku Liza” jawabnya

            “Oh..gitu iya gak papa, hati-hati ya disana semoga sukses” tanganya yang tadi menulis seketika itu terhenti.

            “Makasih ya, kamu juga hati-hati disini. Semoga apa yang kamu inginkan tercapai”

            “Iya..Amin”

           

            Suasana perpustakaan saat itu seolah memberikan saksi, dengan kata terakhir dari Rizal, memberikan kesedihan yang terdalam bagiku. Sebenarnya aku menginginkannya. Namun rasa ini tak mungkin dapat terwujud. Hari itu seolah langit-langit perpustakaan menjadi saksi akan percakapan saat itu. Sungguh bermakna dalam namun menyakitkan. Dengan Rizal pindah ke USA maka aku tak mampu lagi melihat wajahnya, meskipun awalnya itu yang kuinginkan.

            Beberapa hari kemudian, waktu itu tiba  ketika Rizal ingin meninggalkan Indonesia dan pindah ke USA. Rizal pamitan kepadaku dan itu sungguh menyedihkan. Ia datang ke kelasku kemudian memanggilku. Aku pun segera keluar kelas.

            “Liza, aku berangkat dulu ya, aku mau pamitan sama kamu”  

            “Iya..zal kamu hati-hati disana ya, sepertinya aku akan merindukanmu” sahutku

            “Iya..Liza kamu juga hati-hati disini ya, percayalah suatu hari nanti kamu akan mendapatkan lelaki impianmu” jawab Rizal

            “hmm..mungkin saja” sambil menundukan kepala.

            “Sebelum aku pergi ini ada sesuatu buat kamu, tapi nanti dibaca kalau aku sudah sampai USA” sambil menyerahkan kotak warna pink

            “Wah..apaan nihh?” tanyaku penasaran

“Nanti saja dibuka, aku pergi dulu ya” kata terakhir Rizal, sambil melambaikan tangan.

Segera kumasuki kelas, dan kutorehkan penaku dalam sebuah buku catatanku.

 

Bye, selamat berpisah lagi. Meski masih ingin memandangimu.

Lebih baik kau tiada disini, sulit bagiku menghentikan segala khayalan gila

jika kau ada dan ku cuma bisa meradang menjadi yang disisimu membenci nasibku yang tak berubah.

 

            Kutulis pada sebuah buku catatan, tiba-tiba saja kuingat akan kotak pink yang diberika  oleh Rizal kepadaku. Segera kubuka, betapa terkejutnya diriku. Ketika melihat isi kotak itu, disana isi fotoku dan rizal sewaktu di Pare dan disana ada sebuah gelang yang bertuliskan “Friendship Forever”. Muncul perasaan haru ketika melihat apa yang diberikan Rizal kepadaku. Kemudian kulirik sepucuk surat yang berada di sebelah kanan kotak. Kubaca surat itu.

 

Dear to my Eliza Rahma

            Dalam gemerlap cahaya bintang kutulis surat ini untukmu. Wajahmu terkadang memberikan kerinduan yang terdalam. Kebaikanmu memancarkan sinar hatimu yang sesungguhnya. Bola matamu menunjukan sebuah kejujuran. Senyummu memberikan kedamaian dalam jiwa dan sanubariku.

Eliza...

Mungkin kamu tak akan pernah tau, mengapa aku selalu menganggapmu sebagai seorang sahabat. Aku hanyalah lelaki yang tak ingin meilhat kesedihan pada suatu hari kelak yang akan terjadi padamu.

Eliza..

Sebenarnya aku sayang padamu, aku juga cinta padamu. Namun kita tak akan pernah bisa bersatu. Bukankah terkadang cinta tak harus memiliki?

Bukankah kasih sayang tak perlu dibuktikkan?

Kamu adalah wanita terindah yang pernah kutemui

Kamu tak mengetahui alasan mengapa aku, tidak menembakmu

Eliza...

Sebenarnya aku pindah ke USA bukan karena orang tuaku yang pindah kerja

Itu karena aku menderita Leukimia dan aku harus mencari donor sumsung tulang belakang, dan pendonornya tinggal di luar negeri.

Maafkan aku Eliza telah membuat kecewa, walaupun begitu

Percayalah kau akan ku kenang di hatiku selamanya hingga jiwa raga ini tak lagi utuh, tataplah cahaya hatimu maka kau akan menemukanku di dalam sana.

 

Salam

 

Rizal Pahlevi

           

Seketika itu juga tetesan demi tetesan air mata tak dapat kubendung lagi, begitu mulianya hati Rizal. Sungguh aku tak akan pernah menyangka dia akan mengatakan hal yang seperti ini. Biarlah surat dan botol akan menjadi saksi bisu dalam sebuah perjalanan cinta. Walaupun cinta itu tak terbalaskan, namun dengan ketulusan maka cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya. Kulalui hari-hariku dengan semangat baru, karena aku yakin Rizal masih tersimpan dalam lubuk hati yang terdalam.

           

No comments:

Post a Comment