Saturday, December 29, 2012

MEMELUK HARAPAN MENGGAPAI BINTANG

Matahari di siang itu membuat suasana menjadi panas dan tak terkendali, angin berhembus kencang namun tak membuat panas semakin berkurang. Menjadi seorang anak yang memiliki tanggungan besar terhadap keluarga membuat hidup tak menentu, memberikan beban bagi seorang anak remaja yang berusia 18 tahun, sebut saja namanya Dika seorang anak yang terlahir dari keluarga yang broken home, dan membuatnya semakin terpuruk ketika ayah yang ia cintai telah meninggalkannya beberapa bulan lalu. Hal tersebut yang  membuat Dika semakin terpuruk ketika ia di wajibkan untuk memberikan nafkah kepada adik-adiknya maklum saja Dika adalah anak sulung yang memiliki peranan penting bagi keluarga, namun tak seindah dibayangkan oleh kebanyakan orang. Membayangkan Dika akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ternyata malah sebaliknya. Dengan keadaan demikian, membuat dirinya tak sanggup lagi untuk menjalani kehidupannya, pada akhirnya ia terjerumus kedalam pergaulan yang salah dan membawanya harus mendekam di
penjara selama bertahun tahun.
“ Dika, apa yang sedang kamu pikirkan? Tanya seorang sahabatnya. “Tidak ada, aku hanya berfikir mengapa Tuhan memberikanku kehidupan seperti ini, masa kecilku yang suram dan sekarang lebih suram lagi ketika aku kehilangan seorang bapak, dan sekarang akulah sebagai tulang punggung keluargaku” tungkasnya. “Hmm..oh seperti itu, menurutku tak masalah dik, yang penting kan kamu bisa happy happy bareng kita disini, udahlah lupakan aja semua masalahmu itu, nikmati hidup ini, karena hidup cuma sekali dan gak bakalan diulang lagi” jawab Andi sahabat Dika.
“Iya, Ndy aku ngerti maksudmu, hmm sebaiknya aku tidak perlu memikirkan keluargaku, karena hidup cuman sekali dan gak bakalan diulang lagi, setuju banget sama pendapat kamu” sahut Dika.
            Seketika itu pun Dika tidak ingin memikirkan keluarganya, dan ia berfikir bahwa hidup cuma sekali dan kehidupan tidak ada artinya jika tidak digunakan untuk bersenang-senang selama masih hidup didunia. Pemikiran tersebut dianggapnya sebagai pemikiran yang cemerlang untuk tidak memikirkan keluarga dan tidak memikirkan nasib adik-adiknya.
            Kesokan harinya, seperti biasa di jam yang sama dan tempat yang sama tongkrongan anak muda disebuah perkampungan Cimaluk, mereka biasa berkumpul pada pukul 22.00 untuk bersenang-senang tanpa memikirkan dampak negatif yang akan didapatkannya.
            “ Hei Dik, aku punya barang baru nih, dijamin deh barang ini buat kamu jadi bahagia dan pastinya kamu terbebas tuh dari masalah-masalah kelurgamu” tiba-tiba Andy datang. “ Apaan tuh Ndy?” , “Ini barang bagus banget Dik, kamu pasti happy dengan barang ini”, “emangnya itu barang apa?” tanya Dika penasaran. “Ini barang mahal, dan dijamin enak” tungkas Andy memberikan keyakinan kepada sahabatnya. “Hmm, wah perlu nih buat menghapus semua pikiran-pikiran yang membuatku lama-lama menjadi stres” jawab Dika.
            Sesaat kemudian Dika mengambil barang tersebut, dan tanpa berfikir panjang untuk mengkonsumsinya, seketika itu pula keadaan berubah Dika yang semulanya dihadapkan oleh berbagai persoalan menjadi lebih tenang dan nyaman akibat barang haram tersebut. Sejenis suntikan yang membuat badan terasa lebih nyaman dan memberikan kebahagiaan tersendiri bagi penggunanya. Barang tersebut tidak lain yaitu narkotika. Mengkonsumsi barang tersebut membuat seluruh badan terasa lebih nyaman tetapi dampak yang diberikan sangatlah berbahaya bagi kesehatan dan juga sangat dilarang dalam islam. Narkotika yakni zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman (sintesis atau semisintesis) yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyaman dan menjadi ketergantungan.
            Kesokan harinya, keadaan Dika semakin memburuk, tiba-tiba seorang wanita yang berpakaian sederhana dengan rambut diikat kebelakang dan wajah yang sangat penuh kasih menghampiri Dika, “Dik, kenapa kamu kok akhir-akhir ini ibu lihat semakin kurus ?” wanita tersebut bertanya kepada Dika yang tidak lain adalah ibunya. “Eh, ibu gak usah banyak tanya deh, males banget deh dengernya, ini karna gak makan karena ibu gak bisa cari uang buat biaya hidup kita makanya aku jadi kurus kayak gini karna gak pernah dikasih gizi baik sama ibu” Dika menyahuti ibunya dengan lantang, ia tidak sadar atas apa yang diperbuatnya membuat ibunya merasa sedih dan meneteskan air mata. “ Nak, maafkan ibu nak, ibu sudah berusaha untuk membiayai hidup kalian, ibu udah keliling kampung buat jadi buruh cuci pakaian mereka, tapi maafkan ibu nak, penghasilan yang ibu dapat tidak sebanding dengan kebutuhan kita, ibu cuma berharap kamu sebagai anak sulung yang bisa membantu ibu untuk memenuhi kebutuhan keluarga kita” jawab ibunya dengan suara lembut. “Arghhhh..... diam aku kan masih muda jadi aku mau hidup tanpa dibebani oleh kalian, terserah aku jangan ibu menyuruhku macam-macam itu tak penting bagiku, asal ibu tau ya hidup cuma sekali jadi harus digunakan untuk senang-senang” ketusnya. “Astgfirullah, nak sebut nama Allah kamu gak boleh bicara seperti itu, kamu harus sadar bahwa kamu juga harus taat kepada agama kita, agama islam kamu tidak boleh melupakan  sholat lima waktu, kamu harus hormati ibumu, aku ibumu nak, yang selama 9 bulan mengandungmu” wanita tua itu berbicara dengan nada sedih, “Sudahlah...tak penting ibu terus-terusan mengajakku berdebat tentang hal yang gak penting, mendingan sekarang ibu pergi ke dapur dan masak buat kita, cepat!” sahut Dika.
            Beberapa saat kemudian wanita tua itu, merasakan hal yang sangat membuat ia kecewa, ia tidak menyangka bahwa anaknya berkata seperti itu, ia hanya berharap suatu saat Dika bisa berubah dan menjadi lebih baik lagi, wanita tua itu berharap disisa hidupnya Dika dapat memberikan yang terbaik untuk kelurganya. Karena sesungguhnya berbakti kepada orang tua wajib hukumnya bagi setiap anak terutama ibu, seorang anak dapat menjadi sukses karena dukungan orang tua dan terlebih lagi doa seorang ibu.
            Burung berkicauan, matahari terbit sesuai dengan orbitnya angin berhembus kencang, suara air dengan derasnya dari arah pancoran desa. Wanita tua tersebut yang tidak lain adalah ibu Dika, sedang mencuci baju para warga yang ingin melaundry kepadanya. Dengan semangat dan keringat yang terus bercucuran menahan rasa capek dan mengusap keringatnya dengan tanganya. Berharap anak sulungnya Dika dapat berubah sesuai dengan keinginanya, menjadi anak yang sholeh dan dapat dibanggakan, menjadi panutan masyarakat.
            “ Bu, minta uang?” tiba-tiba saja Dika menghampiri ibunya. “Belum ada nak, ibu belum dikasih uang sama yang laundry ke ibu, ini saja sekarang ibu masih mencuci baju warga” tungkas ibunda Dika. “Arghhh.. iya sudah kalau emang gak ada uang, dasar wanita tak berguna” sahut Dika dan kemudian melangkahkan kaki dan meninggalkan ibundanya. Wanita tua itu hanya bisa terdiam dan mengelus dada tentang perlakuan anaknya, yang semakin hari semakin membuat kepedihan yang amat dalam.
            “ Hei Ndy, aku boleh ngutang gak buat beli barang itu lagi?” tiba-tiba saja Dika bertanya kepada Andy. “Hmm..boleh kok, nih barangnya” Andy memberikan barang tersebut kepada Dika. “ Seketika Dika menggunakanya kembali. Dan hal seperti biasanya terjadi pada Dika, ia mengalami perasaan segar, bersemangat, tidak merasa lelah dan tidak pula merasa lapar. Dika merasakan indahnya dunia dan penuh kebahagiaan ia tidak sadar akan ada masalah yang lebih besar menimpa dirinya akibat yang ia perbuat.
            Beberapa hari kemudian, suasana rumah Dika dipenuhi oleh Polisi. Polisi tersebut berniat untuk memeriksa rumah Dika, karena mereka telah mendengar dari salah satu warga kampung tempat Dika menetap. Polisi tersebut mencari barang haram yang berada didalam rumah Dika. “Hei..dimana kau sembunyikan barang itu?” sahut salah seorang polisi. “Hmm..gak ada pak, saya tidak pernah memakai barang tersebut. “Arghh.. jangan mengelak kau, cepat serahkan barang itu!” sentak polisi.
            Beberapa saat kemudian, polisi tersebut menemukan sabu-sabu yang terletak dibawah tempat tidur Dika. Seketika itu juga wanita tua itu jatuh pingsan dan dilarikan ke puskesamas terdekat. “Hei... anak muda, jangan kau menjadi pembohong, kau bilang pada kami bahwa kau tidak menyimpan barang itu tetapi kau malah menyimpanya, cepat ikut kami ke kantor polisi!” sentak polisi tersebut. Dika tidak dapat mengeluarkan sepatah kata pun ia hanya bisa terdiam dan menatap apa yang terjadi dihadapanya tersebut. Kejadian itu membuat Dika semakin terpuruk dan ia memikirkan akan keadaan ibundanya.
            Jam terus berputar sesuai dengan porosnya, detik mulai berjalan dan waktu telah menunjukan pukul 14.00 WIB. Dika telah berada di Polres Cimaluk, ia sedang dimintai keterangan, mengenai dirinya yang menyimpan barang haram tersebut. “ Hei..anak muda, mengapa kau menyimpan barang haram ini?” tanya salah seorang polisi. “A..a..nuu pak, saya diberikan oleh teman saya” Dika menjawab sambil terbata bata. “Siapa temanmu itu?”. “Teman saya pak yang bernama Andy”, Dika menjawabnya dengan perasaan takut luar biasa. “ Apa dia teman dekatmu?”. “Ia Pak, Andy teman dekat saya” Dika menjawab dengan ketakutan. “Baiklah nanti saya akan proses lebih lanjut” polisi itu mengakhiri penyelidikan mereka siang itu.
            Kemudian, Dika ditetapkan sebagai tersangka kasus penggunaan narkoba. Terlebih lagi Dika tidak dizinkan pulang oleh polisi karena ia telah ditahan di Kapolres Cimaluk. Dika merasa menyesal atas apa yang telah dilakukannya, ia berharap dapat berubah dan berbakti kepada orang tua. Kejadian ini sangat sering dialami oleh remaja saat ini, mereka hanya memikirkan kesenangan semata tanpa memikirkan dampak negatifnya, bahkan kesehatan mereka dapat terancam. Pengguna narkotika dapat mengakibatkan hilang kesadaran dan gangguan jiwa yang terkadang membuat penggunanya mengamuk jika tidak dapat mengkonsumsi barang tersebut, hal ini yang berakibatkan ketergantungan. Faktor yang dapat mempengaruhi menggunakan narkotika yakni adanya masalah dalam keluarga atau lingkungan, rasa ingin tahu yang tinggi dan masih banyak lagi. Pengguna juga dapat mengalami kematian, tentunya mengganggu kesehatan.
            Keesokan harinya, Dika mengalami rehabilitasi atas keinginan orang tuanya, dan kejadian mengejutkan terjadi kembali ketika sahabat Dika yang bernama Andy telah melarikan diri entah kemana. Pada akhirnya Dika menerima hukuman yang sangat berat, ia mendapat hukuman dari pihak polisi lima tahun penjara. Hal tersebut yang membuat ibu Dika merasa sedih, ia hanya bisa berharap dengan hukuman itu Dika putra sulungnya dapat berubah menjadi orang yang lebih lagi dikemudian hari.
            Beberapa jam kemudian, tepat di Lapas Cimaluk. “Dik, ibu hanya berharap kamu dapat berubah dengan adanya kejadian ini!” harap wanita tua itu. “Ia bu, maafkan aku, aku berjanji akan berubah dan aku akan membantu ibu dalam segala hal” jawab Dika. “Semoga kau dapat memegang janjimu nak, jangan hanya berjanji tetapi ibu berharap kau akan melaksanakan apa yang kau katakan” ibunya mengakhiri percakapan pada saat itu. Karena waktu mengunjungi tersangka telah habis maka ibunya pun pulang kerumah. Pada saat ibunya telah meninggalkan Dika. Dika berfikir bahwa didalam lubuk hatinya yang paling dalam ia berjanji akan berubah dan akan taat kepada perintah agama terutama ia akan mendekatkan diri kepada Allah S.W.T. Dika ingin menikmati indahnya surga yang didalamnya dihiasi dengan pemandangan yang luar biasa dan sungai dengan air yang mengalir jernih, ia yakin dan percaya bahwa Allah S.W.T pasti akan mengampuni dosa setiap hamba yang bertobat dengan sungguh-sungguh.
            Beberapa tahun kemudian, Dika telah keluar dari penjara. Dan impiannya untuk berubah telah terwujud, ia menjadi salah satu ustaz yang berada di masjid kampungnya di Cimaluk, dan ia juga ditawarkan untuk menyiarkan agama islam diberbagai acara, serta berbagi pengalaman kepada jamaah. Kemudian, Dika juga ditawari untuk bekerja di Kementerian Agama, hal tersebut yang membuatnya sangat takjub dengan karunia Allah S.W.T yang tiada hentinya. Dika juga dapat menyekolahkan adik-adiknya dengan uang hasil kerja kerasnya dan ia juga dapat memberangkatkan ibundanya pergi menjalankan ibadah haji. Hal tersebut yang sangat ia syukuri. Dan sampai saat ini ia tidak menyangka atas apa yang telah diberikan oleh Allah S.W.T kepada dirinya.
            Kejadian pahit tersebut telah berlalu, masa-masa suram telah berganti masa menjadi masa cemerlang, pengalaman demi pengalaman terus dilalui. Pengalaman pahit yang dulu Dika telah menguburnya dalam-dalam dan saat ini ia terus mengambil hikmah atas apa yang pernah ia dapatkan. Harapannya yang dulu ingin menjadi orang yang lebih baik, saat ini harapanya telah terwujud, Dika pun dapat menggapai impiannya, layaknya ia dapat memeluk bintang yang berada jauh diatas sana. Karena setiap impian dapat diraih jika memiliki keinginan yang sangat besar untuk meraihnya, semangat dan tawakal kepada Allah S.W.T  serta jika dibarengi oleh iman yang kuat maka kesuksesan untuk mencapai sesuatu mudah diraih.

No comments:

Post a Comment